• Beranda
  • Berita
  • Bantul upayakan semua desa terbentuk Forum Pengurangan Risiko Bencana

Bantul upayakan semua desa terbentuk Forum Pengurangan Risiko Bencana

20 November 2018 17:53 WIB
Bantul upayakan semua desa terbentuk Forum Pengurangan Risiko Bencana
Simulasi Gempa Dan Tsunami Bantul Warga korban bencana berteduh di tenda ketika hujan turun dalam simulasi bencana gempa dan tsunami di Lapangan Srigading, Sanden, Bantul, Yogyakarta, Sabtu (30/11). Kegiatan tersebut untuk meningkatkan kesiapsiagaan seluruh pihak yang tinggal di kawasan pesisir pantai selatan Yogyakarta yang rawan bencana gempa serta tsunami yang mana pernah terjadi gempa 5,9 SR tahun 2006 dan menewaskan sekitar 6.000 jiwa. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

Selain terus membentuk FPRB di semua desa, penambahan satgas BPBD terutama tim reaksi cepat (TRC) perlu dilakukan, mengingat potensi kerawanan bencana di seluruh wilayah Bantul seperti tanah longsor, banjir dan angin kencang

Bantul, Yogyakarta (ANTARA News) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengupayakan forum pengurangan risiko bencana (FPRB) sebagai wadah sukarelawan berkoordinasi terbentuk di semua desa daerah ini.

"Kita terus dalam proses pembentukan FPRB, jadi ada beberapa daerah yang baru kita bentuk, termasuk membentuk desa tangguh bencana (destana)," kata Sekretaris BPBD Bantul, Muhammad Barried di Bantul, Selasa.

Menurut dia, pembentukan FPRB sebagai forum yang menaungi sukarelawan bencana di tingkat desa maupun destana dilaksanakan setiap tahun sesuai dengan penganggaran, meski diakui anggaran yang dialokasikan ke instansinya terbatas.

Perlunya FPRB terbentuk pada semua desa di Bantul yang berjumlah 75 desa, kata dia,  karena untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat menghadapi bencana sesuai potensi bencana, apalagi sukarelawan merupakan yang terdepan ketika terjadi bencana.

"Jadi dalam pembentukan FPRB ini secara bertahap dan hingga tahun ini sudah sekitar 80 persenan desa punya FPRB, dan di tahun 2019 akan kita bentuk dan anggarkan lagi untuk pembentukan FPRB maupun destana," katanya.
 
Selain terus membentuk FPRB di semua desa, kata dia, penambahan satgas BPBD terutama tim reaksi cepat (TRC) perlu dilakukan, mengingat potensi kerawanan bencana di seluruh wilayah Bantul seperti tanah longsor, banjir dan angin kencang.

"Karena petugas TRC itu juga yang paling duluan ketika terjadi bencana misal tanah longsor dan banjir, harus paling dulu, idealnya paling tidak satu desa butuh dua atau tiga orang, sementara saat ini kita baru ada sebanyak 12 orang TRC," katanya.

Menurut dia, selama ini dalam penanganan ketika terjadi bencana, TRC mendapatkan bantuan dari para relawan atau masyarakat setempat yang sudah dibentuk di tiap-tiap desa yang bernaung di bawah FPRB.

"Sukarelawan FPRB di tiap desa itu sangat membantu kita dan teman-teman lain termasuk taruna siaga bencana (tagana), namun sudah menjadi tugas BPBD untuk peningkatan kualitas dan kuantitas satgas, sehingga nanti akan kita upayakan untuk ditambah," demikian  Muhammad Barried.

Baca juga: BNPB targetkan pengurangan 30 persen risiko bencana
Baca juga: "Masterplan" pengurangan risiko bencana perlu direvisi
Baca juga: Indonesia Tuan Rumah Konferensi Pengurangan Risiko Bencana

Pewarta: Hery Sidik
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2018