• Beranda
  • Berita
  • BPCB Malut bangun 16 rumah budaya di Pulau Kisar

BPCB Malut bangun 16 rumah budaya di Pulau Kisar

22 November 2018 12:24 WIB
BPCB Malut bangun 16 rumah budaya di Pulau Kisar
Gua kapur Here Sorot di Pantai Wosi, Kecamatan Pulau-Pulau Terselatan, pada 18 November 2018. Gua ini menyimpan banyak lukisan dengan motif yang mirip dengan motif budaya prasejarah ras Austronesia. (ANTARA/Shariva Alaidrus)

Rumah budaya dibangun untuk menjadi pusat informasi dan pengetahuan terkait sejarah dan budaya masyarakat di pulau-pulau 3T, termasuk situs-situs prasejarah, baik yang sudah teregistrasi sebagai cagar budaya, maupun yang baru didata

Wonreli, Maluku, 22/11 (ANTARA News) - Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Maluku Utara akan membangun rumah budaya 16 pulau terdepan, terluar dan tertinggal (3T) di Pulau Kisar, Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku.

Kepala BPCB Maluku Utara (Malut) Muhammad Husni, di Wonreli, Kecamatan Pulau-Pulau Terselatan, Kabupaten Maluku Barat Daya, Kamis mengatakan rumah budaya 16 pulau 3T itu akan dipusatkan di Desa Purpura, Kecamatan Kisar Utara, salah satu wilayah yang didiami oleh suku Meher, satu dari dua suku asli Kisar.

Rumah budaya dibangun untuk menjadi pusat informasi dan pengetahuan terkait sejarah dan budaya masyarakat di pulau-pulau 3T, termasuk situs-situs prasejarah, baik yang sudah teregistrasi sebagai cagar budaya, maupun yang baru didata.
 

Ia mengatakan pembangunan yang dimulai dengan proses kajian, diupayakan bisa segera dilaksanakan pada 2019.

"Rencananya kami tahun depan sudah bisa dilakukan bertahap. Selain sebagai pusat data dan informasi mengenai budaya dan sejarah pulau-pulau 3T, rumah budaya juga bisa dijadikan sebagai pusat pengembangan komunitas muda di sana," katanya.

Pulau Kisar, kata Husni, dipilih sebagai lokasi beradanya rumah budaya 16 pulau 3T, karena sejauh ini objek seni cadas prasejarah, berupa lukisan-lukisan prasejarah di dinding gua paling banyak ditemukan di sana, menyebar hampir di seluruh wilayah Kisar.

Sebagian besar di antaranya adalah lukisan cap tangan dengan teknik semprot atau "hand stensil". Sedangkan sebagian lainnya berupa lukisan dengan motif yang lebih beragam, seperti manusia menari, binatang, perahu dan lainnya. Motif-motif tersebut memiliki persamaan dengan motif seni cadas yang menjadi ciri khas budaya prasejarah ras Austronesia.

Desa Purpura termasuk salah satu wilayah di Kisar yang juga menyimpan banyak lukisan cap tangan dengan teknik "hand stensil" di ceruk dan bebatuan cadas, dan yang terbanyak berada di komplek perbukitan cadas Kuil Aulapa, yang berada sekitar 700 meter dari bandara John Becker.

"Sampai hari ini lukisan prasejarah yang ditemukan di pulau-pulau 3T, paling banyak itu di wilayah Kisar," ujarnya.

Berada di Selat Wetar, Pulau Kisar memiliki topografi wilayah yang kering dan dikelilingi oleh bebatuan kapur dan cadas. Penduduk aslinya adalah suku Meher dan Oirata. Mayoritas dari mereka bermata pencaharian bertani, beternak dan melaut yang disesuaikan berdasarkan musim.

Sedangkan bahasa sehari-hari yang digunakan oleh masyarakat Kisar adalah bahasa tradisional Meher dan Oirata, serta dialek Melayu Ambon.

Baca juga: LIPI berupaya lestarikan Bahasa Oirata

Selain peninggalan budaya prasejarah berupa lukisan-lukisan cap tangan dan beragam motif lainnya, Pulau Kisar juga menyimpan berbagai tinggalan lain, seperti benteng kolonial, rumah-rumah tua dan lutur atau pagar batu penanda hunian tua di masa lalu. 

Baca juga: Peninggalan prasejarah seni cadas di Kisar ditelusuri BPCB
Baca juga: Arkeolog: Pulau Kisar telah dihuni sejak 15.000 tahun lalu
Baca juga: Arkeolog Papua menemukan gua prasejarah di Sorong

Pewarta: Shariva Alaidrus
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2018