"Zaman digital berikutnya sudah tiba dan telah menata ulang cara kita hidup, bekerja dan melakukan bisnis. Artinya, waktu sangat penting, transformasi yang sebenarnya harus terjadi sekarang dan terjadi secara radikal," kata Wakil Direktur Solusi Pusat Data Dell EMC Asia Pasifik dan Jepang, Paul Henaghan, saat jumpa pers di Jakarta, Kamis.
Riset gabungan dari Dell dengan Intel ini melibatkan 100 pemimpin bisnis di Indonesia, 57 persen responden mengaku percaya perusahaan mereka akan kesulitan memenuhi tuntutan pelanggan yang terus berubah dalam lima tahun ke depan, sementara 27 persen lainnya khawatir kalah berkompetisi.
Berdasarkan DT Index, 41 persen perusahaan di Indonesia masuk kategori Evaluator Digital, artinya mereka berhati-hati dan secara perlahan melakukan transformasi digital serta sudah memiliki rencana dan investasi untuk masa depan.
Sebanyak 26 persen lainnya tergolong Adopsi Digital, memiliki rencana digital, investasi dan inovasi yang matang. Hanya 6 persen perusahaan yang masuk dalam kategori Pemimpin Digital, perusahaan yang tidak bisa terpisahkan dari transformasi digital dalam berbagai bentuk.
Sebanyak 21 persen perusahaan Indonesia berinvestasi sangat sedikit untuk sektor digital dan mereka masih ragu untuk memulai rencana. 6 persen tergolong tertinggal secara digital, mereka tidak memiliki rencana, inisiatif dan investasi pun sangat sedikit.
Hasil riset DT Index juga mengemukakan 94 persen perusahaan di Indonesia memiliki hambatan besar untuk melakukan transformasi digital, kekhawatiran terbesar mereka mengenai keamanan siber dan kerahasiaan data.
Hambatan lainnya berhubungan dengan kekurangan anggaran dan sumber daya, teknologi yang tepat, kekurangan teknologi yang tepat serta kekhawatiran mengenai peraturan dan perubahan.
Perusahaan tidak tinggal diam melihat hambatan yang mereka hadapi, mereka mengambil sejumlah langkah untuk mengatasinya, terlihat dalam survei tersebut 67 persen bisnis di Indonesia menggunakan teknologi digital untuk mempercepat pengembangan produk atau layanan baru.
Sebanyak 50 persen perusahaan berbagi pengetahuan lintas divisi, misalnya meningkatkan pengetahuan pemimpin TI dengan keterampilan bisnis dan sebaliknya, pemimpin bisnis dengan pengetahuan teknologi.
Adapun 49 persen perusahaan mengembangkan pengetahuan dan keahlian internal yang tepat, misalnya mengajari staf mereka coding.
Sebanyak 46 persen bisnis menyertakan pengaturan keamanan dan privasi ke semua perangkat, aplikasi dan algoritma.
Mereka juga berinvestasi untuk jangka satu hingga tiga tahun ke depan, 60 persen merencanakan untuk investasi di keamanan siber dan internet of things. Terdapat 46 persen perusahaan berencana berinvestasi di multi-cloud.
Sejumlah kecil perusahaan juga ingin mencoba berinvestasi di teknologi baru, seperti blockchain (21 persen), komputasi kuantum (22 persen) dan virtual reality atau augmented reality (23 persen).
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018