Anggota Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Andri B. S. Sudibyo di Jakarta, Kamis menyebutkan bahwa industri kreatif memberikan kontribusi GDP lebih besar dibanding industri manufacturing dalam 20 tahun ke depan.
“Saat ini sumbangan GDP (Gross Domestic Product) dari sektor industri kreatif ini baru 10 sampai 15 persen. Namun, kedua sektor ini nantinya akan memberikan sumbangan GDP sebanyak 30 persen lebih besar dari manufacturing,” jelas Andri.
Ia mengatakan bahwa penguatan ekonomi di industri kreatif ini terjadi di Inggris. Mereka mengembangkan selain high tech, juga industri kreatif.
“Sedangkan untuk pertumbuhan industri teknologi, pertumbuhan ekonominya cepat sekali. Tahun 2015 adalah 13 persen, sekarang sudah mencapai 25 persen,” imbuh Andri.
Namun, menurutnya, pertumbuhan ekonomi digital itu juga patut diwaspadai. Seperti halnya China yang menerapkan “One belt, one road”. Sebagai contoh, China akan membangun industri di Afrika dengan dana dan sumber daya manusia yang murah. Dan barang yang dihasilkan akan diekspor ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.
“Ekonomi digital itu mendukung distribusi barang tersebut. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memproteksi komoditi kita secara digital,” ujarnya.
Andri mengatakan bahwa cara proteksi itu dengan bekerja sama dengan BSSN (Badan Siber dan Sandi Negara) yang menjaga perbatasan ekonomi kita secara digital, melakukan transaksi ekonomi di Indonesia dan membangun platform di dalam negeri.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro menyambut baik industri digital, terutama start up.
“Kami akan membuat akses pembiayaan dan membuka kesempatan selebar-lebarnya melalui ekonomi kreatif dan digital. Sekarang, kan tanpa pemerintah terlibat pun banyak muncul enterpreneur baru. Kreativitas itu lebih penting,” pungkas Bambang.
Baca juga: Triawan Munaf sebut RUU Ekonomi Kreatif payungi industri kreatif
Pewarta: Anggarini Paramita
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2018