Keterangan tertulis dari KBRI Pretoria Afrika Selatan yang diterima di Jakarta, Jumat, menyebutkan ATF merupakan pameran tahunan tekstil pakaian jadi, dan alas kaki terbesar di Afrika Selatan.
Pameran ATF yang dihadiri sekitar 2.500 pengunjung itu telah menjadi kegiatan utama di benua Afrika yang mempertemukan pemasok, pembeli, dan penyedia jasa dalam satu atap.
Dalam koleksinya yang berjudul Puspa Jati dan Swarna Ning Bhumi, Eko Tjandra yang tampil pada Rabu (21/11) menghadirkan serangkaian gaun malam berbahan dasar batik Bojonegoro, sedangkan Harry Ibrahim, salah satu pembina perajin UKM di daerah konsisten menampilkan tenunan khas Nusa Tenggara Timur pada rancangan gaun malam.
Dalam ATF Trade Exhibition, para perancang busana Indonesia tersebut memamerkan karyanya dalam kategori busana siap pakai (pret a porter) maupun gaun-gaun malam nan glamour (haute couture) dari material khas Indonesia, yaitu batik, tenun, songket, dan bordir.
Selain kedua desainer tersebut, Indonesia juga memamerkan batik untuk laki-laki Apikmen dan Taty & co.
Para desainer Indonesia juga berkesempatan menampilkan karya-karyanya di Wisma Konsul Jenderal RI. Sebanyak 10 karya rancangan para desainer memukau para undangan yang terdiri atas korps konsuler, pengamat fesyen, dan desainer.
Duta Besar RI untuk Afrika Selatan Salman Al Farisi menyampaikan apresiasi atas keseriusan para desainer untuk mengusung nama Indonesia di Afrika Selatan.
Ia juga mengharapkan kegiatan itu meningkatkan kesepakatan bisnis antara pengusaha garmen dan alas kaki Indonesia dan Afsel.
Baca juga: Eco Fashion Week Indonesia akan digelar pertama kali
Baca juga: Mickey Mouse warnai busana muslim di JFW 2019
Pewarta: Mohamad Anthoni
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018