Darmin: tekanan kepada kurs belum akan usai

23 November 2018 22:09 WIB
Darmin: tekanan kepada kurs belum akan usai
Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengumumkan Paket Kebijakan Ekonomi XVI di Kantor Presiden, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (16/11/2018). Pemerintah memperbaharui tiga kebijakan baru dalam Paket Kebijakan Ekonomi Jilid XVI, yaitu perluasan penerima fasilitas libur pajak (tax holiday), relaksasi aturan daftar negatif investasi (DNI), dan pengaturan devisa hasil ekspor sumber daya alam (DHE SDA). ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/aww.

Jakarta, (ANTARA News) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan tekanan kepada nilai tukar rupiah belum akan usai, meski saat ini kurs masih bertengger stabil pada kisaran Rp14.500-Rp14.600 per dolar AS.

"Jangan bermimpi ini akan selesai, karena bisa berlangsung dua atau tiga tahun lagi," ujar Darmin di Jakarta, Jumat.

Darmin mengatakan tekanan eksternal dari normalisasi kebijakan Bank Sentral AS (The Fed), ancaman perang dagang maupun harga komoditas yang bergejolak, masih akan mempengaruhi pergerakan rupiah.

Dalam menghadapi tekanan ini, hal yang bisa dilakukan pemerintah adalah dengan membenahi fundamental ekonomi dalam negeri melalui perbaikan defisit neraca transaksi berjalan.

Meski demikian, Darmin mengakui hasil dari pembenahan tersebut belum akan terlihat dalam waktu cepat dan membantu stabilisasi nilai tukar terhadap dolar AS dalam jangka pendek.

Untuk itu, pemerintah terus berupaya melakukan pembenahan terhadap neraca transaksi berjalan, salah satunya dengan menerbitkan paket kebijakan ekonomi XVI untuk memperkuat surplus neraca modal.

Paket tersebut meliputi revisi peraturan Daftar Negatif Investasi (DNI), upaya mengundang Devisa Hasil Ekspor dari sumber daya alam agar disimpan di dalam negeri serta perbaikan peraturan insentif perpajakan.

Tujuan dari penerbitan paket ini adalah untuk mengundang investasi dari pelaku usaha dengan memanfaatkan momentum masuknya kembali aliran modal ke Indonesia.

"Kalau modal jangka pendek tidak masuk, tidak ada yang bisa mengimbangi defisit. Tapi jangan dilihat ini akan langsung memperbaiki neraca transaksi berjalan, karena itu butuh bertahun-tahun memperbaikinya," ujarnya.

Pewarta: Satyagraha
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2018