Satu warga Kota Kediri meninggal karena DBD

24 November 2018 10:34 WIB
Satu warga Kota Kediri meninggal karena DBD
Foto Arsip. Pasien DBD Di Pekanbaru Meningkat Seorang anak menjalani perawatan akibat menderita penyakit demam berdarah dengue (DBD) di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, Riau, Rabu (3/2). Berdasarkan data RSUD Arifin Ahmad pasien penderita DBD mengalami peningkatan, dari Januari 2016 hingga Rabu (3/2) sebanyak 131 orang yang terdiri dari 74 anak-anak dan 57 orang dewasa telah dirawat di RSUD karena menderita penyakit DBD. ANTARA FOTO/Rony Muharrman/foc/16.
Kediri (ANTARA News) - Dinas Kesehatan Kota Kediri, Jawa Timur, mengungkapan seorang warga meninggal dunia karena penyakit demam berdarah dengue (DBD) karenanya warga diminta proaktif melakukan gerakan menguras, menutup dan menimbun (3M).

"Tahun ini ada satu yang meninggal dunia, masih anak-anak. Tahun lalu juga satu warga meningal dunia  karena DBD. Pada 2018, jumlah penderita juga mengalami peningkatan, tapi masih dalam batas normal," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Kediri Fauzan Adima di Kediri, Sabtu.

Ia mengungkapkan jumlah penderita DBD yang terdata di Dinkes Kota Kediri pada 2018 ini kurang lebih 206 orang. Jumlah itu lebih besar ketimbang 2017 yang hanya sekitar 120 orang penderita. Mereka juga terdiri dari berbagai macam usia, mulai anak-anak hingga orang dewasa.

Menurut dia, peningkatan kasus demam berdarah juga dipengaruhi banyak faktor, misalnya karena pengaruh musim hingga daya tahan tubuh manusia. Hujan yang turun dan intensitasnya tidak tentu berpotensi untuk berkembang biak nyamuk aedes aegypty penyebab penyakit DBD.

Proses berkembangnya memanfaatkan air tergenang yang tertampung di berbagai wadah.

Selain itu, di Kota Kediri juga terdapat tim pemantau jentik yang bertugas berkunjung ke rumah warga yang akan membantu dan mengingatkan warga tentang bahaya jentik nyamuk. Jika ada jentik terlihat, tim meminta warga secepatnya membersihkan, sehingga jentik tidak sampai tumbuh menjadi nyamuk dewasa.

Fauzan juga mengajak warga untuk menerapkan pola hidup sehat, dengan 3M plus, yaitu menguras, menutup, dan mengubur. Sedangkan, untuk plus adalah memanfaatkan beragam alat mencegah perkembangan demam berdarah, misalnya memanfaatkan obat nyamuk maupun ikan yang ditempatkan di kolam ikan.

Untuk fogging atau pengasapan, Fauzan mengatakan bisa dilakukan. Namun dalam realisasinya ada syarat yang harus dipenuhi, misalnya ada penderita yang positif terkena DBD. Selain itu, selama proses foging tidak semua nyamuk dan jentiknya bisa mati, melainkan hanya nyamuk dewasa saja dan jentik masih bisa berkembang.

"Yang efektif tetap gerakan 3M tersebut. Untuk fogging kan ada syaratnya yakni ada yang menderita dilakukan epidemologi baru fogging dan itu hanya membunuh nyamuk bukan sumbernya. Jika 3M menghilangkan sarang dan sumber nyamuk," kata Fauzan.

Dinkes juga mengungkapkan permintaan untuk fogging di masyarakat juga banyak, namun tidak semua permintaan fogging tersebut dipenuhi. Dinkes juga memastikan bahan untuk fogging juga masih tersedia, sehingga stoknya mencukupi untuk kebutuhan di masyarakat.

Baca juga: 54 kasus DBD muncul Bupati intensifkan gerakan 3M

Baca juga: Lula Kamal berbagi cara agar rumah bebas nyamuk




 

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2018