Bandung Barat (ANTARA News) - Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mempertanyakan adanya kerinduan pada Orde Baru yang menyuburkan korupsi, kolusi dan nepotisme.Belum-belum bicara mendatangkan Orde Baru, rindu Pak Harto datang lagi, apa yang dirindukan? Korupsinya? Kolusinya? Nepotismenya?"
"Belum-belum bicara mendatangkan Orde Baru, rindu Pak Harto datang lagi, apa yang dirindukan? Korupsinya? Kolusinya? Nepotismenya?" ujar Hasto Kristiyanto dalam konsolidasi dengan kader di Bandung Barat sebagai rangkaian Safari Kebangsaan tahap kedua, Sabtu.
Ketum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dikatakannya berpesan berpolitik adalah berbicara masa kini dan masa depan dengan api semangat perjuangan.
Semangat tersebut pun diharapkan dikobarkan kader dan relawan di Bandung dan seluruh Jawa Barat dengan turun ke bawah menjangkau masyarakat.
"Di sini kami harapkan sekali lagi pesan dari Bu Mega, anak ranting dan DPC bergeloralah api perjuangan, tidak pernah mengenal kata menyerah dan turun ke bawah memperjuangkan rakyat," tutur Hasto.
Ia pun mengingatkan untuk melihat pemimpin dari karakter dan kepemimpinannya, tidak hanya dari kata-kata tertentu dalam pidatonya.
Sebelumnya Ketua Dewan Pembina Partai Berkarya, Siti Hediati Hariyadi yang akrab dipanggil Titiek Soeharto mengatakan Indonesia akan kembali berjaya di tangan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno.
Titiek menyoroti soal impor beras yang dilakukan pemerintahan, menurutnya, hal ini berbeda dengan era Presiden RI kedua, Soeharto, dimana Indonesia menjadi negara swasembada beras, katanya.
"Dulu pernah dan kita harus bisa lagi swasembada pangan. Dan Insya Allah nanti Relawan Prabowo Sandi (PADI) bisa mewujudkan swasembada beras yang sudah pernah dicapai almarhum Pak Harto dulu," kata anak keempat Soeharto itu.
Baca juga: Safari Kebangsaan tahap kedua susuri jalur selatan Jawa
Baca juga: Sekjen PDIP pimpin Safari Kebangsaan tahap kedua
Baca juga: PDIP: safari kebangsaan untuk kuatkan dukungan
Pewarta: Dyah Dwi Astuti
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018