"Ada keterlambatan, tapi kita terus dorong jangan sampai proyek ini terhenti. Alhamdulillah proyek sudah jadi 99 persen, 1 persen untuk pengujian stabilitas serat optik," ujar Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Anang Latif saat ditemui di kantor BAKTI, Jakarta, Senin.
Salah satu penyebab keterlambatan, menurut Anang, adalah keterbatasan akses jalan dan ketersediaan tiang listrik.
"Kalau antara dua kota yang terhubung tidak ada jalan tidak ada tiang listrik kita enggak bisa menghubungkan jaringan serat optik," kata Anang.
Penyebab selanjutnya, Anang menjelaskan, adanya perubahan masterplan dari Kementerian Pekerjaan Umum.
"Kita harus menunggu dulu menyelesaikan, baru kita bangun. Mengharmonisasikan dengan proyek di kementerian lain," ujar dia.
Penyebab lainnya adalah faktor alam, putusnya kabel serat optik di dalam lautan, yang berada di luar kontrol manusia.
"Putus kan tiba-tiba, kita enggak bisa salahkan siapa. Faktanya, alam yang harus memaksakan mereka harus putus," ujar Anang.
"Bangun ini, proses panjang. Kita fight untuk selesaikan tepat waktu," tambah dia.
Proyek Palapa Ring terdiri atas tujuh lingkar kecil serat optik, untuk wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Papua, Sulawesi dan Maluku, untuk menghubungkan semua kota dan kabupaten di seluruh Indonesia sekaligus mengintegrasikan jaringan yang sudah ada dengan jaringan baru yang berkapasitas 100GB.
Total kabupaten/kota yang dilalui oleh jaringan Palapa Ring adalah 57 kabupaten/kota yang dibagi menjadi tiga, yaitu Palapa Ring Paket Barat meliputi 5 kabupaten/kota, Palapa Ring Paket Tengah meliputi 17 kabupaten/kota, dan Palapa Ring Paket Timur meliputi 33 kabupaten/kota.
Saat ini, Palapa Ring Paket Barat sudah selesai 100 persen dan on air sejak Maret 2018, Palapa Ring Paket Tengah selesai 99 persen dan kini memasuki masa uji kestabilan sistem, sementara Palapa Ring Paket Timur sudah mencapai 78 persen.
Baca juga: BAKTI Kominfo sasar 5.000 desa nikmati layanan telekomunikasi pada 2020
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2018