New York (ANTARA News) - Harga minyak mentah turun tipis pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), karena tertekan ketidakpastian atas perang dagang AS-China dan tanda-tanda peningkatan produksi minyak mentah global.Minyak West Texas Intermediate (WTI) turun tipis tujuh sen AS menjadi 51,56 dolar AS per barel
Tetapi, kerugian minyak mentah dibatasi oleh ekspektasi bahwa para eksportir minyak mentah akan setuju untuk memangkas produksi mereka pada pertemuan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada pekan depan.
Minyak mentah Brent untuk pengiriman Januari merosot 0,27 dolar AS menjadi ditutup pada 60,21 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Sementara, sebut Reuters, kontrak berjangka minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari turun tipis tujuh sen AS menjadi menetap di 51,56 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Harga minyak jatuh ke level terendah sejak Oktober 2017, pada minggu lalu, dengan Brent di 58,41 dolar AS dan WTI di 50,15 dolar AS.
Kedua patokan minyak mentah itu turun lebih dari 30 persen sejak awal Oktober, tertekan oleh meningkatnya pasokan dan meluasnya pelemahan di pasar finansial.
Para pelaku pasar melihat ke depan untuk pertemuan para pemimpin Kelompok 20 negara (G20), ekonomi terbesar dunia, pada 30 November hingga 1 Desember, dengan perang dagang antara Washington dan Beijing sebagai agenda utama.
Presiden AS Donald Trump terbuka untuk kesepakatan perdagangan dengan China, tetapi siap untuk menaikkan tarif impor China jika tidak ada terobosan pada iritasi perdagangan yang telah berlangsung lama selama makan malam Sabtu (30/11) dengan pemimpin China Xi Jinping, penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan pada Selasa (27/11).
Gedung Putih melihat makan malam sebagai kesempatan untuk "membalik halaman" tentang perang dagang dengan China. Namun dia mengatakan Gedung Putih telah kecewa sejauh ini dalam respon China terhadap masalah perdagangan.
"Tarif saat ini telah merugikan ekonomi global dan eskalasi yang membayang meredam prospek permintaan minyak bumi lebih lanjut," kata John Kilduff, mitra di Again Capital Management di New York..
Tiga besar produsen minyak mentah, Rusia, Amerika Serikat dan Arab Saudi, akan berada di KTT G20, meningkatkan harapan bahwa kebijakan minyak akan dibahas.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak akan bertemu pada 6 Desember di Wina untuk membahas kebijakan produksi dengan beberapa produsen non-OPEC, termasuk Rusia.
Arab Saudi menaikkan produksi minyak ke rekor tertinggi pada November, sumber industri mengatakan pada Senin, memompa 11,1 juta barel menjadi 11,3 juta barel per hari (bph).
Namun kerajaan itu telah mendorong pemotongan produksi kolektif dan sedang membahas proposal untuk mengekang produksi OPEC dan sekutunya sebanyak 1,4 juta barel per hari, sumber yang dekat dengan diskusi itu mengatakan kepada Reuters bulan ini.
Trump telah menekan Arab Saudi, pemimpin de-facto OPEC, untuk tidak memangkas produksi.
Produksi minyak mentah AS juga mencapai rekor tertinggi bulan ini sebesar 11,7 juta barel per hari, dengan stok naik selama sembilan minggu berturut-turut.
Persediaan minyak mentah AS naik 3,5 juta barel pekan lalu menjadi 442,7 juta barel, grup industri American Petroleum Institute (API) mengatakan Selasa (27/11) malam, lebih besar dari perkiraan para analis untuk peningkatan 769.000 barel.
Jika data pemerintah pada Rabu waktu setempat mengkonfirmasi bahwa stok minyak mentah meningkat, itu akan menjadi penumpukan yang kesepuluh berturut-turut.
Baca juga: Harga minyak menguat tembus di atas 60 dolar AS
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2018