Norbert Roettgen, anggota politisi konservatif Jerman dan sekutu erat Kanselir Jerman Angela Merkel, mengatakan Uni Eropa (EU) mungkin perlu memperkeras sanksinya terhadap Rusia, yang sebagian telah diberlakukan terhadap Moskow karena pencaplokan Krimea.
Menteri Luar Negeri Austria, Karin Kneissl, mengatakan EU akan mempertimbangkan sanksi-sanksi bergantung pada "uraian fakta dan perilaku lebih lanjut dari kedua pihak". Saat ini, Austria menduduki kursi kepresidenan bergilir EU.
Polandia dan Estonia menyatakan dukungan bagi pemberlakuan sanksi lagi terhadap Rusia.
Deputi Menlu Polandia Bartosz Cichoki mengatakan kepada Reuters, insiden di Selat Kerch itu menguatkan imbauan Warsawa agar negara-negara Barat lebih bersatu dalam mengambil sikap terhadap Rusia.
Seorang menteri Rusia mengatakan sanksi-sanksi baru tidak akan menyelesaikan masalah dan bahwa insiden tersebut hendaknya tidak digunakan untuk menggagalkan perjanjian Minsk, yang bertujuan untuk mengakhiri pertempuran di Ukraina timur antara pasukan Kiev dan pemberontak pro-Rusia, yang ingin memisahkan diri.
Aset-aset Rusia telah mendapat tekanan di pasar-pasar keuangan di tengah kekhawatiran bahwa kemungkinan sanksi-sanksi baru dapat mengganggu ekonomi.
Rusia melepaskan tembakan atas kapal-kapal Ukraina dan kemudian menyitanya dan menahan para awaknya pada Ahad dekat Krimea - yang Rusia caplok dari Ukraina pada tahun 2014. Moskow dan Kiev telah saling melancarkan tuduhan satu sama lain atas insiden tersebut.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan kepada Kanselir Jerman Angela Merkel lewat telepon pada Senin bahwa Moskow siap memberikan rincian lagi untuk mendukung versinya mengenai peristiwa itu. Moskow mengatakan Kiev dengan sengaja memprovokasinya supaya memicu krisis.
Merkel, yang juga berbicara pada Senin dengan Presiden Ukraina Petro Poroshenko, menyerukan para pihak mengambil langkah-langkah menurunkan ketegangan dan berdialog.
Amerika Serikat mendesak negara-negara Eropa pada Selasa agar berbuat lebih banyak membantu Ukraina dalam kebuntuan dengan Rusia.
Presiden AS Donald Trump mengatakan dalam wawancara dengan Washington Post, ia mungkin membatalkan pertemuannya yang dijadwalkan dengan Putin di konferensi tingkat tinggi Kelompok 20 (G20) di Argentina pekan ini terkait insiden maritim tersebut, dan menambahkan,"Saya tidak suka agresi itu."
Ukraina telah memberlakukan darurat militer selama 30 hari di beberapa bagian negara itu menghadapi kemungkinan serangan darat dari Rusia. Ukraina mengatakan kapal-kapalnya tidak melakukan kesalahan dan pihaknya menginginkan Barat memberlakukan sanksi-sanksi baru terhadap Moskow.
Sebagian dari 24 pelaut Ukraina yang ditahan Rusia karena memasuki wilayah perairan Rusia muncul di televisi negara Rusia pada Selasa. Mereka mengakui menjadi bagian dari provokasi yang direncanakan sebelumnya. Kiev mengecam apa yang ditayangkan itu dan menyatakan para pelaut tersebut dipaksa untuk mengaku.
Pengadilan di Krimea memerintahkan tujuh dari para pelaut Ukraina ditahan selama dua bulan sambil menunggu proses peradilan. Pengadilan diperkirakan akan memerintahkan para pelaut lain ditahan untuk kurun waktu yang sama dalam proses peradilan terpisah pada Selasa dan Rabu.
Kapal-kapal mereka ditangkap pasukan Rusia dekat Selat Kerch. Selat tersebut merupakan satu-satunya jalan keluar ke Laut Azov dan menguasai akses ke dua pelabuhan utama Ukraina.
Seorang wartawan Reuters di pelabuhan Kerch, Krimea, tempat kapal-kapal itu ditahan, melihat pria-pria bersenjata dan bertopeng berada di salah satu kapal sedang memindahkan kotak-kotak amunisi.
Dua personel polisi Rusia dengan senapan otomatis berjaga di pelabuhan tempat kapal-kapal Ukraina bersandar. Di kapal-kapal tersebut, terlihat bekas-bekas tabrakan dan sejumlah lubang di sana sini.
Baca juga: Menlu AS minta Rusia segera kembalikan Krimea pada Ukraina
Sumber: Reuters
Editor: Mohamad Anthoni
Pewarta: Antara
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2018