Salah satu karakteristik dari kue-kue manis tradisional Jepang adalah azuki alias kacang merah yang sering jadi isian dari makanan penutup.
Mengapa demikian? Chef Hiroto Nakai dari restoran Ootoya mengungkapkan negeri asalnya sudah membuat kue manis selama berabad-abad sebelum gula tersedia di penjuru negerinya.
"Kacang merah dari Jepang yang memiliki cita rasa manis digunakan sebagai pengganti gula," kata Hiroto dalam diskusi kuliner di Japan Foundation, Jakarta, Kamis.
Baca juga: Gerai cheesecake asal Jepang semakin ramaikan Indonesia
Salah satu contoh penggunaan azuki adalah sebagai isian untuk kue tradisional Jepang alias wagashi. Misalnya, jadi isian dorayaki, kue favorit tokoh fiksi Doraemon, juga zenzai yang terdiri dari mochi serta sirup kacang merah.
Jepang yang memiliki empat musim biasanya menyajikan kue yang berbeda-beda sesuai dengan musim. Bahan dasarnya disesuaikan dengan apa yang tersedia tiap musim.
Penyajiannya juga bervariasi. Kue hangat disajikan pada musim dingin, juga sebaliknya.
Baca juga: Bersantai sambil mengudap kue sehat di Bogor
Pada November ketika musim gugur mulai memasuki musim dingin, biasanya bahan yang dipakai adalah labu, kombucha atau kastanye. Pada musim dingin, kue mochi daifuku juga kerap disajikan.
Selain kacang merah, beras juga jadi bahan dasar yang sering dipakai untuk membuat kue tradisional Jepang.
Salah satu ciri khas lain dari kue-kue Jepang, kata Hiroto, adalah penggunaan air.
Berbeda dengan kue dari Barat seperti cake atau biskuit yang biasanya menggunakan mentega dan minyak, kue-kue Jepang banyak menggunakan air.
"Kuncinya adalah air bersih dan berkualitas," katanya. Ketika membuat pasta kacang merah, misalnya, air yang dipakai sudah melewati dua kali proses penyaringan agar kondisinya basa.
Baca juga: Mencicipi kuliner khas Portugis-Kampung Tugu
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2018