"Alhamdulillah nilai tukar rupiah stabil dan menguat. Ini kita pantau di perdagangan di sekitar Rp14.300, bahkan tadi di bawah itu mencapai Rp14.270. Penguatan Rupiah ini tentu saja alhamdulillah dari berbagai faktor. Pertama tentu saja "confidence" terhadap ekonomi Indonesia, terhadap kebijakan-kebijakan yang terus kita tempuh, itu semakin kuat," ujar Perry saat ditemui di Kompleks Perkantoran BI Jakarta, Jumat.
Ia menambahkan terapresiasinya rupiah seiring dengan masuknya aliran modal asing dalam porfolio domestik baik dalam bentuk Surat Berharga Negara (SBN) ataupun saham. Bank sentral mencatat, total modal asing yang masuk ke SBN pada November 2018 mencapai Rp34,25 triliun sehingga sejak Januari hingga November 2018 total aliran modal asing yang masuk ke SBN mencapai Rp62,4 triliun.
Sementara itu, aliran modal asing yang masuk ke pasar saham pada November 2018 ini mencapai Rp12,2 triliun. Secara total, pada November 2018 ini aliran modal asing yang masuk mencapai Rp46,4 triliun.
"Dengan aliran modal asing masuk, tentu saja itu menambah suplai dan kemudian memperkuat nilai tukar rupiah. Confidence itu juga tidak hanya terhadap kebijakan tapi juga terhadap kebijakan ekonomi kita yang terus membaik dengan stablitas yang terjaga," kata Perry.
Faktor lain yang mendukung menguatnya rupiah, lanjut Perry, yaitu semakin bekerjanya mekanisme pasar. Dengan berbagai terobosan yang ditempuh bank sentral, pasar keuangan diklaim berkembang sangat baik, baik transaksi spot (tunai), tapi juga swap (pertukaran mata uang) serta domestic Non Delivery Forward (NDF).
"Korporasi juga aktif, supply dan demand-nya, demikian juga perbankan aktif. Termasuk juga banyak juga investor asing yang sudah gunakan domestic NDF dan kelihatan juga perbedaan atau "spread" antara nilai tukar spot JISDOR dengan yang NDF itu semakin kecil, bahkan di bawah Rp50. Itu menunjukkan bagaimana mekanisme pasar itu bekerja," ujar Perry.
Sedangkan faktor terakhir yang mendukung pergerakan positif rupiah adalah menurunnya risiko global terutama dengan adanya beberapa proses perundingan antara Amerika Serikat dan China.
Terkait kemungkinan rupiah menguat hingga Rp13.000 per dolar AS, Perry menilai hal tersebut akan tergantung kepada tiga hal antara lain kondisi fundamental ekonomi domestik, kondisi mekanisme pasar, dan faktor-faktor teknikal terkait berita-berita perkembangan global seperti perundingan perdagangan, kebijakan The Fed, dan lainnya.
"Yang kami senang mekanisme pasar itu berjalan di dalam pembentuknan nilai tukar. Ini semua adalah hasil kebijakan kita sehingga nilai tukarnya bergerak stabil dan cenderung menguat," kata Perry.
Baca juga: Darmin: rupiah masih punya peluang untuk penguatan
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2018