• Beranda
  • Berita
  • Ponpes harapkan program sanitasi berbasis komunitas dilanjutkan

Ponpes harapkan program sanitasi berbasis komunitas dilanjutkan

3 Desember 2018 17:53 WIB
Ponpes harapkan program sanitasi berbasis komunitas dilanjutkan
Pengasuh Ponpes Al-Mashduqiyyah, Cibalok, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, KH Asep Miftahul Jannan (paling kiri) bersama santri di depan sarana MCK dari program sanitasi berbasis komunitas. (ANTARA FOTO/HO-Rizky Fazriansyah-IDS/2018)

Sarana sanitasi MCK dengan fasilitas pelengkap tempat untuk wudhu ini tidak hanya untuk lingkup pesantren, namun bisa digunakan warga sekitar hingga dua RW (rukun warga).

Jakarta (ANTARA News) - Pimpinan Pondok Pesantren Al-Mashduqiyah, Cibalok, Kabupaten Bandung Barat, menyatakan bahwa program sanitasi total berbasis komunitas (STBK) bagi kalangan pesantren sangat membantu sehingga perlu dilanjutkan.

"Kami mendapat bantuan sarana mandi-cuci-kakus (MCK) dari Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia (YBM-BRI) melalui program sanitasi total berbasis komunitas, dan bagi pesantren hal itu jelas bermanfaat," kata Pesantren Al-Masduqiyah Cibalok, Kecamatan Cipongkor, KH Asep Miftahul Jannan, saat ditemui Antara di ponpes itu, di Kabupaten Bandung Barat, akhir pekan lalu.

Melalui program sanitasi total berbasis komunitas, katanya, Ponpes Al-Masduqiyah mendapatkan bantuan sarana MCK, untuk santri dan santriwati dari YBM-BRI.

Manfaat dari bantuan sarana seperti MCK itu, menurut Kyai Asep Miftahul Janan --ulama yang juga Rois MWC NU Cipongkor-- bermanfaat tidak hanya bagi lingkungan ponpes, namun juga masyarakat luas di sekitarnya.

"Sarana sanitasi MCK dengan fasilitas pelengkap tempat untuk wudhu ini tidak hanya untuk lingkup pesantren, namun bisa digunakan warga sekitar hingga dua RW (rukun warga)," kata Kyai Asep, yang didampingi putranya Ajang Humaedi, S.Pd.I, yang merupakan penanggung jawab kelompok belajar mengajar (KBM) untuk pendidikan paket B (setara SLTP) dan paket C (setara SLTA) di Ponpes Al-Masduqiyah itu.

Ia menambahkan bahwa sebelum ada bantuan sarana tersebut, pihak ponpes sudah mendapatkan bantuan dari pihak desa, yakni sebuah MCK.

Kini, pihak ponpes sudah memiliki tiga sarana MCK, yang juga dilengkapi dengan sarana wudhu, dan ditambahkan kran-kran baru, sehingga akses untuk wudhu bertambah banyak.

Tambahan sarana itu, kata dia, pada hari tertentu, seperti saat shalat Jumat, kegiatan tahunan ponpes seperti "haul", lomba mengkaji "kitab kuning", dan lainnya, sangat terasa manfaatnya.

"Jadi, sekali lagi, program bantuan sanitasi berbasis komunitas yang diberikan YBM-BRI ini hendaknya juga bisa dilanjutkan, khususnya bagi pondok pesantren di Indonesia yang masih membutuhkan," kata KH  Asep Miftahul Jannan.
 

Sementara itu, Pengurus Harian (PH) YBM-BRI Kanwil Bandung, yang mewilayahi Jawa Barat, Ujang Sudarman menjelaskan bahwa harapan dan aspirasi yang disampaikan pimpinan Ponpes Al-Masduqiyah itu akan diteruskan ke pimpinan YBM-BRI pusat di Jakarta.

Namun, khusus di wilayah Kanwil Bandung, kata dia, selain program sanitasi berbasis komunitas, pihaknya juga melaksanakan program integrasi pemberdayaan berbasis pondok pesantren, yang memberikan bantuan pada tiga aspek.

Pertama, beasiswa kepada santri selama tiga tahun (2014-2017), kedua berupa pembangunan sarana-prasarana asrama ponpes, dan juga pemberdayaan ekonomi melalui badan usaha milik pesantren (BUMP).

Sementara itu, General Manager YBM-BRI, Dwi Iqbal Noviawan dalam satu kesempatan mengatakan sepanjang tahun 2017 pihaknya telah memberikan manfaat kepada 280.831 orang di seluruh Indonesia melalui 19 kantor wilayah.

Manfaat yang diberikan itu adalah dengan amanah dana sebanyak Rp105,3 miliar, dan YBM BRI dapat terus bersinergi dan merangkul 280.831 penerima manfaat. 

Pada 2018, YBM BRI menjadikan Integrasi Program Pembedayaan Berbasis Keluarga (IP2BK) dan Beasiswa Kader Surau sebagai program unggulan. IP2BK telah berjalan sejak tahun 2016 dan telah memberikan manfaat kepada setidaknya 38.042 penerima manfaat.

"IP2BK hadir sebagai salah satu upaya mengentaskan kemiskinan berbasis keluarga," katanya.

Di sisi lain, pihaknya meyakini bahwa kemiskinan merupakan buah dari rendahnya pemahaman anggota keluarga akan peran, fungsi, dan tugas dalam keluarga serta sangat erat kaitannya dengan persoalan keimanan dan ketakwaan masyarakat. 

Untuk itu, pendekatan pemberdayaan masyarakat dalam pengentasan kemiskinan bukan hanya melalui pemberian stimulus dalam hal materi, tetapi juga dalam bentuk penguatan rohani.

Integrasi program dilakukan melalui beberapa kegiatan yang terintegrasi, yaitu pembinaan keluarga, beasiswa anak mustahik, bantuan advokasi BPJS, Program Peningkatan Keterampilan Usaha Rakyat (PKUR), dan Sanitasi Total Berbasis Komunitas (STBK), demikian Dwi Iqbal Noviawan.


Baca juga: Bappenas, MUI, Baznas, dan BWI teken kerjasama penyediaan layanan air minum dan sanitasi untuk masyarakat

Baca juga: Menkes sosialisasikan kesehatan sanitasi dan jamban

Baca juga: WHO: dua miliar orang konsumsi air terkontaminasi tinja


 

Pewarta: Andi Jauhary
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018