"Laju penurunan rata-rata sekitar 11 cm per tahun," kata Peneliti Geofisika, Universitas Indonesia (UI) Syamsu Rosid, dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin.
Menurutnya pemerintah provinsi DKI Jakarta perlu makin waspada akan kondisi ini dan fokus mengawasi dan mengevaluasi (Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) khususnya di wilayah Jakarta Utara.
Fenomena penurunan permukaan tanah ini sangat mungkin disebabkan eksploitasi air tanah yang berlebihan dan berdampak pada turunnya permukaan air tanah serta makin berkurangnya lahan hijau terbuka sebagai zona resapan air tanah permukaan dan pembangunan infrastruktur berbobot berat yang cukup intensif, jelasnya.
Dosen Program Studi Geofisika itu juga menambahkan penurunan permukaan tanah juga bisa diakibatkan aktivitas manusia yang banyak memicu munculnya getaran pada permukaan tanah (seperti truk-truk bertonase berat yang banyak berlalu lalang di wilayah Jakarta Utara.
Penurunan permukaan tanah ini tentu saja dapat berdampak kepada stabilitas gedung-gedung dan bangunan infrastruktur yang ada di atasnya dan makin tingginya potensi untuk terjadinya banjir rob di daerah Jakarta Utara, karena daratan yang semakin rendah dibandingkan permukaan air laut terutama saat terjadinya air pasang oleh adanya gaya tarik Bulan, jelas Syamsu.
Sebelumnya penelitian tentang penurunan permukaan tanah di Jakarta ini telah dipublikasi pada Pertemuan Ilimiah Tahunan (PIT) Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI) ke 43 September 2018 di Semarang Jawa Tengah.
Baca juga: Presiden Jokowi khawatirkan penurunan muka tanah Jakarta
Baca juga: Warga DKI diundang untuk konsultasikan pembuatan sumur resapan
Pewarta: Feru Lantara
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018