"Ini adalah rasa takut akan penolakan, rasa takut pada penghinaan, rasa takut gagal atau terlihat seperti orang bodoh," ujar psikolog klinis di Denver, David Shanley, PsyD, seperti dilansir laman Health, dikutip Selasa.
Ada juga penelitian yang menunjukkan bahwa "evaluasi positif," seperti mendapatkan penghargaan, bisa sama mengintimidasi.
Penghindaran adalah tanda umum lainnya. Orang-orang dengan kecemasan sosial menghindari berada dalam situasi sosial daripada mengatasi perasaan cemas dari pertemuan sosial. Mereka cenderung lebih terisolasi, kata Shanley.
Biasanya, orang yang mengalami ini memiliki gejala fisik seperti kulitnya memerah, berkeringat, gemetar hingga mual.
Seorang anak yang secara alami pemalu, mengalami kesulitan bersahabat dengan seseorang sejak dini, atau yang orangtuanya memanjakan kebiasaannya mengisolasi diri di kamarnya dan melewatkan kegiatan sosial mungkin berisiko lebih besar mengalami gangguan kecemasan sosial.
Shanley mencatat, untuk orang dewasa dengan gangguan kecemasan sosial, memulai kehidupan di kota baru atau pekerjaan baru bisa saja sulit. Tentu saja, situasi setiap orang berbeda.
"Beberapa orang mungkin memiliki beberapa teman dekat, beberapa tidak memiliki teman dekat, dan beberapa mungkin memiliki kenalan tetapi mengalami kesulitan untuk dekat dengan kenalannya," kata dia.
Baca juga: Omega-3 ternyata bisa mengurangi rasa cemas
Baca juga: Plus dan minus mengalami stres
Penerjemah: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018