"Pendidikan dokter merupakan pendidikan penting dikembangkan di Banten. Mengapa, pertama tingkat kesehatan di Banten masih kurang, perlu kita dorong. Ke dua ketersediaan dokter di Banten juga rendah, karena tidak ada pendidikan dokter," kata Menteri Ristekdikti Mohamad Nasir usai menjadi pembicara dalam diskusi media "Membangun Indonesia Dengan Tenaga Kerja Berkualitas" di Serang, Kamis.
Oleh karena itu, tambahnya, setiap provinsi minimal harus ada satu pendidikan kedokteran termasuk di Banten.
Namun demikian, urainya, persoalan pendidikan kedokteran menyangkut profesi sehingga ada lima lembaga yang terlibat dalam pendirian pendidikan kedokteran Kemenristekdikti, Kemenkes sebagai user, kemudian Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Asosiasi Rumah Sakit Pendidikan Indonesia (ARSPI) dan Konsil Kedokteran Indonesia (KKI).
"Dengan Kemenkes sudah clear, ARSPI juga sudah clear. Tinggal IDI dengan KKI. Apa yang harus kita lakukan, bagaimana kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi dalam pendidikan kedokteran, ini yang masih dalam proses," terangnya.
Ia mengatakan, proses di Kemristekdikti secara prinsip sudah selesai, sehingga penerimaan mahasiswa baru 2019 seharusnya sudah bisa terwujud di Banten.
Dalam upaya mendorong fakultas kedokteran di Banten tersebut, pihaknya terus melakukan koordinasi, termasuk dengan pihak Untirta dan pemerintah daerah.
Ia menambahkan, Banten sudah memiliki rumah sakit pemerintah yang akreditasinya B dan bisa menjadi rumah sakit untuk lembaga pendidikan.
Sementara itu Rektor Untirta Soleh Hidayat mengatakan sudah dilakukan pembicaraan antara Menristekdikti dengan Gubernur Banten, Wahidin Halim soal fakultas kedokteran di Banten.
"Alhamdulih, hasil pembicararaan menteri dengan gubernur tadi, Insha Allah SK-nya nanti akan diserahkan Januari oleh presiden pada saat kunjungan ke Banten," katanya.
Baca juga: Menristekdikti ingin Untirta tingkatkan mutu pendidikan
Baca juga: IDI soroti mahalnya biaya pendidikan kedokteran
Pewarta: Mulyana
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018