Malang (ANTARA News) - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Haryo Widya Damawan meraih medali perunggu di ajang Seoul International Invention Fair (SIIF) 2018 di Seoul, Korea Selatan berkat temuannya berupa alat penurun temperatur ban mobil pengangkut barang yang diberi nama Tyrender.Pada 2018, Indonesia mengirim 41 produk dan mendapat 1 perolehan grand prize, 10 emas, 6 perak dan 20 perunggu
"Saya senang dan bahagia bisa mendapat apresiasi di ajang internasional ini. Alhamdulillah bisa membanggakan orang tua dan kampus," ujar Haryo di Malang, Jawa Timur, Kamis.
Haryo mengikuti SIIF pada 6-9 Desember lalu di Seoul. Hasil karyanya harus bersaing dengan 600 lebih inovasi baru dari sekitar 30 negara yang mengikuti ajang itu. Inovasi Haryo dilirik oleh hampir 40 ribuan pasang mata yang terdiri dari peserta, pembeli, dan investor di seluruh dunia.
Selain mendapatkan medali perunggu, inovasi mahasiswa Teknik Mesin semester 5 ini juga mendapatkan Special Award dari Association of Polish Inventors and Rationalizers.
Haryo menerangkan alat Tyrender buatannya merupakan sebuah alat penurun temperatur berlebih atas hasil gesekan pada ban dengan permukaan jalan. "Fungsi finalnya, untuk memperpanjang usia ban," tambahnya.
Lebih lanjut, mahasiswa kelahiran Makassar ini menguraikan ada beberapa kondisi yang membuat ban mengalami pengikisan, yakni kondisi permukaan jalan, kecepatan kendaraan dan beban yang diterima.
Selain itu, suhu berlebih yang terjadi akibat gesekan yang dialami ban juga menjadi salah satu faktor pemicu cepatnya ban mengalami penipisan.
Alat yang ia desain ini akan meminimalisasi hal tersebut. Terdiri dari rangkaian tangki air, controller, pompa dan nozzle yang didesain sedemikian rupa, Tyrender secara otomatis menyemprotkan air saat temperatur ban melebihi ambang batas. Dengan demikian, usia ban dapat tahan lebih lama.
Temuannya ini diklaim Haryo belum pernah dibuat inovator lain di kategori mechanical controller yang diikutinya.
Setelah suhu kembali ke batas angka normal, sambung Haryo, alat ini akan berhenti menyemprotkan air secara otomatis. Haryo mencontohkan, jika pada awal berjalan ban akan memiliki temperatur 30 derajat, lalu saat berjalan naik menjadi 35 derajat, dan saat melaju kencang menjadi 40 derajat. Alat ini akan secara otomatis mengembalikan suhu ban ke 35 derajat.
Tahun 2017, di ajang yang sama, Seoul International Invention Fair (SIIF), kontingen Indonesia berhasil membawa pulang 3 medali emas, 5 medali perak, dan 6 medali perunggu.
Pada 2018 ini, Indonesia mengirim 41 produk dan mendapat 1 perolehan grand prize, 10 emas, 6 perak dan 20 perunggu. Haryo turut membukukan daftar prestasi gemilang bagi UMM, juga Indonesia di kancah internasional.
Rektor UMM, Dr Fauzan menyebut, raihan Haryo sebagai bukti komitmen UMM mencerdaskan generasi terbaik bangsa melalui teknologi dan ilmu pengetahuan. "Inilah bentuk dari implementasi tagline UMM, `Dari Muhammadiyah untuk Bangsa`, yakni sebagai bukti kontribusi UMM untuk kemajuan umat di masa mendatang," kata Fauzan.
Baca juga: Indonesia raih medali olimpiade sains internasional di Botswana
Baca juga: Pelajar Indonesia raih tujuh medali Olimpiade Sains di Prancis
Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018