Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto memberikan apresiasi kepada para pelaku industri kecil dan menengah (IKM) sektor batik di Provinsi Jambi.Jadi, batik tidak hanya ada di Jawa, tetapi di seluruh penjuru daerah di Indonesia juga ada batik dengan kekhasan masing-masing budayanya, seperti di Jambi ini
Selain karena telah melestarikan budaya Nusantara, mereka juga mampu membuat produk wastra yang bisa diminati oleh konsumen mancanegara.
“Artinya, batik nasional berdaya saing di pasar global. Tentunya tidak terlepas peran dari kreativitas para pengrajin, dengan menghasilkan inovasi motif yang beragam dan menggunakan pewarnaan alam,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto lewat keterangannya di Jakarta, Senin.
Salah satu pelaku IKM batik yang sukses di Jambi, yakni Azmiah, generasi kedua yang mewarisi usaha orang tuanya sejak tahun 1970-an.
Ketika mengunjungi Rumah Batik Azmiah, Menperin mendapatkan penjelasan langsung mengenai perjalanan sejarah dalam proses pembuatan motif batik yang mengalami akulturasi budaya Melayu-Islam, Tiongkok, dan Jawa tersebut.
“Jadi, batik tidak hanya ada di Jawa, tetapi di seluruh penjuru daerah di Indonesia juga ada batik dengan kekhasan masing-masing budayanya, seperti di Jambi ini,” terangnya.
Kemudian, Airlangga sempat memperhatikan proses pencelupan kain batik dengan pewarnaan alam. Batik Azmiah melalui lebih dari 6-12 kali pencelupan sehingga menghasilkan warna yang menarik.
“Berwarna khas nuansa merah-cokelat, batik Jambi tumbuh dan berkembang menjadi simbol perpaduan antarbudaya. Bahkan menariknya lagi, di sentra IKM batik ini, pengrajin yang terlibat merupakan para tetangga dari pemilik, yaitu Ibu Azmiah, sehingga spirit kebersamaannya kuat,” paparnya.
Selain dikenal dengan penggunaan warna alam, Batik Azmiah juga memiliki corak yang klasik nan unik. Beberapa motif unggulan yang diproduksinya antara lain kapal sanggat, tampuk manggis, bungo keladi, dan merak ngeram.
Melalui capaiannya itu, pada tahun 2015, Kementerian Perindustrian memberikan penghargaan One Village One Produk (OVOP) Bintang 3 kepada Batik Azmiah.
Pada Juni 2018, Kemenperin memfasilitasi Batik Azmiah ikut serta dalam pameran internasional yang bertajuk “Indonesia Batik For The World” di UNESCO Headquarters, Paris, Perancis.
Produk IKM batik kelas premium ini mampu menembus pasar Eropa. Dengan jumlah tenaga kerjanya yang mencapai 70 orang, Batik Azmiah rutin memproduksi batik cap kombinasi sebanyak 150 pcs per bulan dan batik tulis hingga 30 pcs per bulan.
Edy Sunarto, suami Azmiah yang lebih banyak bertugas sebagai desainer, menyebutkan bahwa produksi Azmiah diminati oleh kalangan istana bahkan sampai mancanegara. Tercatat, sudah dua kali pihak istana memesan batik khas Jambi produksinya.
Pertama, yaitu sebelum Presiden berkunjung ke Korea Selatan, Mei 2016 lalu. Edy mengatakan, saat itu pihak istana memesan 70 lembar batik tulis. Kedua, istana kembali memesan satu setengah koper batik Azmiah untuk seragam.
Kemenperin mencatat, nilai ekspor batik dan produk batik pada tahun 2017 mencapai 58,46 juta dolar AS dengan pasar utama eskpor ke Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa.
Saat ini, industri batik didominasi oleh pelaku IKM yang tersebar di 101 sentra seluruh Indonesia. Jumlah tenaga kerja yang terserap di sentra IKM batik mencapai 15 ribu orang.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2018