"Jumlah tersebut lebih banyak dibandingkan akumulasi dalam 23 tahun yang hanya menghasilkan 367 paten saja," kata Kepala LIPI Laksana Tri Handoko di Jakarta, Rabu.
Sementara Hak Cipta yang berhasil diperoleh sebanyak 28, lebih baik dibandingkan perolehan selama 19 tahun (1995-2014) yang hanya 26 Hak Cipta.
Dalam hal publikasi, menurut Handoko, LIPI berada di peringkat pertama Webometrics kategori website lembaga penelitian di Indonesia, peringkat empat untuk regional Asia Tenggara LIPI, dan peringkat 563 di ranking global.
Selama periode 2014 hingga 2018, peneliti LIPI telah menghasilkan 7.994 publikasi ilmiah, 45 persen di antaranya publikasi ilmiah bereputasi internasional menurut Kepala LIPI.
Kepala LIPI juga mengemukakan bahwa program dan kegiatan lembaganya sepanjang tahun 2018 meliputi Bioresources di Era Industri 4.0, Teknologi Komputasi LIPI untuk Society 5.0, Riset Samudra untuk Poros Maritim Dunia, Penguatan Peran Ilmu Sosial dan Kemanusiaan dalam Era Globalisasi, serta Kolaborasi Iptek untuk Percepatan Pembangunan lewat Science Techno Park.
LIPI sepanjang tahun ini antara lain menghasilkan produk pangan fungsional untuk pencegahan kekerdilan pada anak, menyediakan Fasilitas Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) dan Laboratorium Biosafety Level-3, membuat bioethanol generasi kedua, serta menghasilkan inovasi Alat Identifikasi Kayu Otomatis (AIKO) yang bisa mengidentifikasi jenis kayu dalam hitungan detik dengan dukungan High Performance Computer LIPI.
Selain itu LIPI mengidentifikasi 50 jenis baru flora, fauna, dan mikrobiologi selama tahun 2018, kata Handoko.
Baca juga: Paten LIPI melonjak saat pusat inovasi didirikan
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018