"Pertumbuhan ekonomi akan terkoreksi saat terjadi bencana alam seperti pascagempa bumi di Sulawesi Tengah terjadi inflasi 6,63 persen," kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei di Jakarta, Rabu.
Willem mengutip data dari Bappenas yang menyebutkan, sebelum terjadi gempa di Sulawesi Tengah pertumbuhan ekonomi mencapai 6,24 persen.
Kondisi setelah terjadi gempa dan tsunami pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut menjadi 1,75 persen atau menurun 4,49 persen.
Sedangkan tingkat inflasi di Sulawesi Tengah sebelum bencana 3,65 persen namun terjadi inflasi 6,63 persen atau mencapai 10,28 persen, setelah terjadi gempa bumi disusul tsunami dan likuifaksi pada 28 September 2018.
Akibat bencana alam tersebut juga meningkatkan jumlah penduduk miskin baru sebesar 18.400 jiwa sehingga tingkat kemiskinan Sulawesi Tengah pada 2019 meningkat menjadi 14,42 persen atau mencakup sebesar 438.610 jiwa.
Seiring dengan perbaikan ekonomi secara perlahan kemiskinan di Sulawesi Tengah dapat menurun kembali yang diperkirakan membutuhkan waktu tiga tahun ke depan.
Gempa bumi, tsunami dan likuifaksi yang terjadi di Sulawesi Tengah mengakibatkan 3.397 orang meninggal dunia, 4.426 luka-luka, 221.450 orang mengungsi dan terdampak serta 69.139 unit rumah rusak berat.
Baca juga: Upaya membebaskan desa di Sulteng dari 'kegelapan'
Baca juga: Atur ulang persiapan pemilu di kawasan bencana
Baca juga: BPPT ungkap deformasi bawah laut sebabkan tsunami Sulteng
Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2018