Dalam gelaran promosi di Ibu Kota Provinsi Hubei pada Kamis (20/12) itu, KBRI mendatangkan seorang penenun dari Tanimbar berikut dengan para penarinya.
"Sejak usia belasan tahun saya sudah menenun diajari ibunda," kata Everarda Belay (61), penenun asal Tanimbar.
Hasil tenunan perempuan itu dijual dengan harga termurah Rp600 ribu hingga termahal Rp2,5 juta, tergantung model dan tingkat kesulitannya.
Kegiatan tersebut merupakan rangkaian dari Forum Bisnis 2018 yang digelar KBRI Beijing bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Hubei.
Sedikitnya 100 orang peserta yang terdiri dari perwakilan Pemprov Hubei para pebisnis, baik dari Indonesia maupun China.
Duta Besar RI untuk China Djauhari Oratmangun menyampaikan paparan mengenai situasi ekonomi Indonesia dan manfaat berinvestasi di Indonesia bagi para investor.
Provinsi Hubei berpenduduk sekitar 60 juta jiwa dengan GDP yang mencapai hampir 4 triliun RMB atau terbesar ketujuh di China.
Deputi Direktur Jenderal Urusan Luar Negeri Provinsi Hubei Feng Xiguo menjelaskan bahwa masyarakatnya senang berjalan-jalan sehingga mereka akan dengan senang hati bekerja sama dengan Indonesia.
Hal tersebut menjadi peluang tersendiri bagi Indonesia untuk mendatangkan wisatawan dari wilayah tengah daratan Tiongkok tersebut.
Provinsi Hubei banyak terdapat industri manufaktur, otomotif, industri kereta api cepat, elektronik, sinar laser, serat optik dan industri pertanian yang mayoritas mengambil lokasi di Wuhan.
Baca juga: Konservatorium Musik China setujui rencana pembangunan "Indonesia Center"
Baca juga: Indonesia ingin perluasan kerja sama dengan Shandong
Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2018