BMW dan Mercedes, dari lawan menjadi kawan?

21 Desember 2018 14:05 WIB
BMW dan Mercedes, dari lawan menjadi kawan?
Ilustrasi (/www.bmwblog.com)
New Delhi (ANTARA News) - Enam dekade lalu, BMW AG pernah menghindari upaya pengambilalihan oleh Daimler AG sebagai perusahaan induk Mercedes-Benz.

Selama puluhan tahun, dua ikon mobil mewah asal Jerman itu bersaing dalam tren model dan teknologi otomotif terkini di pasar dunia, kendati semua itu bisa saja berubah menyusul langkah kedua perusahaan untuk bermitra.

BMW dan Daimler tengah dalam pembicaraan untuk menggabungkan kekuatan pada komponen utama, termasuk platform kendaraan listrik, baterai mobil dan teknologi swakemudi, menurut sumber yang akrab dengan masalah ini, dilansir Bloomberg, Jumat.

Jika kesepakatan itu terjalin, BMW Seri 2 coupe dan Mercedes A-Class sedan bisa saja menggunakan platform yang sama.

Persaingan antara keduanya bisa berubah menjadi sebuah kemitraan demi menghemat biaya pengembangan kendaraan di masa depan. Kerja sama ini belum pernah terjadi sebelumnya.

"Tekanan pada pembuat mobil sangat besar sekarang, dan tahun ini kami telah melihat tanda-tanda krisis," kata Juergen Pieper, analis Bankhaus Metzler yang berbasis di Frankfurt.

"Kolaborasi yang lebih luas sedang meningkat untuk membantu memerangi biaya dan pembelanjaan secara paralel," kata dia.

Baca juga: Mobil listrik mewah penantang Tesla

Penjualan merosot

Ketegangan pun sedang terjadi menyusul indeks Stoxx Europe 600 Automobiles yang menurun 26 persen tahun ini. BMW dan Daimler menurunkan target keuntungan pada 2018, menyalahkan ketegangan perdagangan serta meningkatnya biaya mengembangkan kendaraan.

Biaya pengembangan tersebut, terkait dengan rencana Daimler meluncurkan 10 kendaraan listrik dalam empat tahun ke depan, sedangkan BMW akan menawarkan 12 mobil yang hanya memakai baterai pada 2025.

Pengeluaran yang bersifat "spekulatif" itu harus digelontorkan perusahaan saat penjualan otomotif global merosot pada tahun ini untuk pertama kalinya sejak 2010, kata Jonathon Poskitt, direktur peneliti pasar LMC Automotive.

Di tengah ketegangan perdagangan, pengetatan suku bunga dan konflik politik, prospek 2019 "bukan tanpa risiko," katanya dalam sebuah laporan.

Persaingan semakin ketat dengan hadirnya perusahaan teknologi, misalnya Alphabet dari Google, yang ikut menggarap mobil masa depan.

Pabrikan lainnya, Volkswagen juga bernegosiasi dengan Ford dalam kerja sama memproduksi van dan kendaraan otonom, dengan menggandeng Microsoft.

BMW juga bermitra dengan Toyota untuk membuat mobil sport Z4 dan Supra, bekerja sama dengan Intel Corp. Daimler pun memiliki serangkaian proyek produksi mesin dengan Renault SA dan Nissan Motor.

Sebelumnya, pimpinan Fiat Chrysler NV Sergio Marchionne yang telah meninggal dunia pertengahan tahun ini, sudah lama mengingatkan industri otomotif agar tidak membuang uang demi mengembangkan teknologi yang sama.

Baca juga: Saham BMW melonjak, saat Bursa Jerman ditutup hampir datar

Baca juga: Mantan pimpinan Audi jadi kepala pengembangan swakemudi BMW

Baca juga: Mercedes-Benz kenalkan seri C-Class terbaru produksi lokal



 

Pewarta: Alviansyah Pasaribu
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2018