Lelaki itu ditembak di kepala oleh tentara Israel di pintu masuk utara Kota Al-Bireh.
Kementerian Kesehatan mengatakan di dalam satu pernyataan pers bahwa Ahmad Abbassi (21) tewas akibat tembakan tentara Israel di dekat Permukiman Yahudi Beit Al di sebelah utara Ramallah di Tepi Barat.
Menurut pernyataan Kementerian, lelaki tersebut "telah ditembak dengan kejam hingga tewas oleh tentara Israel", demikian dilaporkan Kantor Berita Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat siang. Ditambahkannya, Abbassi adalah seorang warga Permukiman Ras El-Amoud di Jerusalem Timur.
Alasan serangan itu belum diketahui, sedangkan identitas lelaki Palestina tersebut belum diungkapkan.
Namun, militer Israel mengatakan di dalam satu pernyataan bahwa satu mobil "menerobos pos pemeriksaan militer di daerah Ramallah, dan tentara di pos pemeriksaan itu melepaskan tembakan ke mobil tersebut dan menewaskan pengemudinya".
Pada Kamis pagi, media Israel melaporkan beberapa orang yang tak dikenal melepaskan tembakan di dekat Permukiman Ofra di sebelah timur Ramllah. Media itu menambahkan tak ada laporan mengenai orang yang cedera.
Beberapa saksi mata Palestina mengatakan bahwa, setelah penembakan tersebut, militer Israel menutup semua jalan menuju kota kecil dan desa di daerah Ramallah Timur dan mencegah kendaraan memasuki daerah itu.
Sejak awal Desember, militer Israel telah menembak dan menewaskan tujuh orang Palestina di Tepi Barat dan Jerusalem Timur.
Israel menduduki Tepi Barat, termasuk Jerusalem Timur, selama Perang Arab-Israel 1967. Israel mencaplok Jerusalem Timur pada 1980, dan mengklaimnya sebagai "ibu kotanya yang tak terpisahkan dan abadi" --tindakan yang tak pernah diakui oleh masyarakat internasional.
Rakyat Palestina berharap Jerusalem Timur pada suatu hari akan menjadi ibu kota Negara Palestina Merdeka pada masa depan dengan perbatasan pra-1967.
Baca juga: Liga Arab desak Australia akui Palestina
Baca juga: Pemukim ilegal Yahudi rusak masjid di Tepi Barat
Editor: Chaidar Abdullah
Pewarta: Antara
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2018