"BNPB terus berupaya membangun kesiapsiagaan perempuan terhadap bencana karena perempuan merupakan ujung tombak dalam keluarga," kata Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Bencana BNPB B Wisnu Widjaya di Jakarta, Jumat.
Pada acara peluncuran program Hari Kesiapsiagaan Bencana dalam memperingati Hari Ibu, ia mengatakan bahwa risiko perempuan dan anak menjadi korban bencana 14 kali lebih tinggi dibandingkan pria dewasa.
"Sebenarnya perempuan cukup tangguh dalam menghadapi bencana jika sendiri sebagai individu, tanpa tanggungan seperti anak dan keluarga," katanya.
Namun, ia mengatakan, insting perempuan untuk melindungi keluarga dan anak-anaknya seringkali membuat mereka mengabaikan keselamatan diri sendiri.
Ia juga menekankan pentingnya para ibu memiliki pemahaman dan kesadaran tentang ancaman bencana agar saat terjadi bencana tidak perlu menunggu pertolongan untuk menyelamatkan diri sendiri dan keluarga.
BNPB sudah melakukan pemetaan risiko, penguatan kelembagaan, pembangunan kota dan desa tangguh, dan menjalankan berbagai gerakan termasuk gerakan perempuan siaga bencana dalam upaya meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana.
Khusus untuk Hari Kesiapsiagaan Bencana 2019, BNPB menargetkan bisa menggandeng 50.000 perempuan sebagai partisipan.
Kesiapsiagaan menghadapi bencana menjadi sangat penting karena wilayah Indonesia rawan bencana alam. Sepanjang tahun ini, hingga 14 Desember BNPB sudah mencatat 2.426 kejadian bencana yang menyebabkan 4.231 orang meninggal atau hilang, 6.948 orang terluka, 9,9 juta orang mengungsi dan terdampak, dan 374.023 rumah rusak.
Dari total jumlah bencana tersebut 2.350 bencana atau 96,9 persen merupakan bencana hidrometeorologi dan 76 kejadian bencana atau 3,1 persen bencana geologi.
Baca juga:
34 persen korban bencana selamat berkat kemampuan sendiri
Ikhtiar meredam bencana
Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018