• Beranda
  • Berita
  • BPBD Lampung Selatan turun tangani dampak tsunami

BPBD Lampung Selatan turun tangani dampak tsunami

23 Desember 2018 09:38 WIB
BPBD Lampung Selatan turun tangani dampak tsunami
Arsip: Catatan alat pencatat gelombang laut atau Tide Gauge BMKG yang merekam kondisi gelombang tsunami pada Sabtu malam (22/12/2018) di kawasan Selat Sunda. (Bayu Prasetyo)
Bandarlampung (ANTARA News) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung telah menerjunkan tim menuju sejumlah lokasi terkena dampak gelombang pasang maksimum, kemudian dinyatakan BMKG sebagai tsunami, Sabtu (22/12) malam.

Tim BPBD Lampung Selatan itu diterjunkan untuk memberikan petunjuk pengamanan/arahan keselamatan serta melakukan pendataan korban dan dampak bencana alam ini.

Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Lampung Selatan I Ketut Sukerta dalam penjelasannya dari Lampung Selatan, Minggu, menegaskan pihaknya juga sudah menggalang koordinasi dengan dinas/instansi terkait dan TNI/Polri untuk merespons kejadian dimaksud.

BPBD Lampung Selatan menyampaikan informasi dan laporan setelah terjadi gelombang pasang maksimum, hingga Sabtu, 22 Desember 2018, pukul 23.00 WIB, dengan lokasi pada beberapa kecamatan, seperti Kecamatan Rajabasa, Kalianda, Sidomulyo, dan Katibung yang dilaporkan mengalami gelombang pasang maksimum itu.

Hingga kini korban tercatat sebanyak 11 orang dirawat di rumah sakit, dan 3 korban tewas.

Kerugian materiil 30 unit rumah rusak berat akibat gelombang pasang maksimum air laut melanda sejumlah wilayah pesisir Lampung Selatan ini.

Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyampaikan rilis korban tsunami terus bertambah, yaitu 20 korban meninggal dunia, 165 luka-luka dan 2 hilang.

Korban itu sebagai dampak dari tsunami yang menerjang pantai di sekitar Selat Sunda, khususnya di Kabupaten Pandeglang (Banten), Lampung Selatan (Lampung), dan Serang (Banten) terus bertambah.

Tsunami terjadi pada Sabtu (22/12) sekitar pukul 21.27 WIB.

Faktor penyebab tsunami masih dilakukan penyelidikan oleh BMKG untuk mengetahui secara pasti. Kemungkinan disebabkan longsor bawah laut akibat erupsi Gunung Anak Krakatau dan gelombang pasang akibat bulan purnama. Dua kombinasi tersebut menyebabkan tsunami yang terjadi tiba-tiba menerjang pantai. BMKG masih berkoordinasi dengan Badan Geologi untuk memastikan faktor penyebabnya.

Sementara itu dampak tsunami menyebabkan korban jiwa dan kerusakan. Data sementara hingga Minggu (23/12) pukul 04.30 WIB tercatat 20 orang meninggal dunia, 165 orang luka-luka, 2 orang hilang, dan puluhan bangunan rusak. Data korban kemungkinan masih akan terus bertambah mengingat belum semua daerah terdampak didata, termasuk di kawasan pulau-pulau pesisir dan laut Selat Sunda itu.

Menurut Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB dalam keterangan tertulisnya, dari 20 orang korban meninggal dunia, 165 orang luka dan 2 orang hilang itu terdapat di tiga wilayah, yaitu di Kabupaten Padeglang, Lampung Selatan, dan Serang.

Di Kabupaten Pandeglang, daerah yang terdampak terdapat di Kecamatan Carita, Panimbang, dan Sumur. Data sementara tercatat 14 orang meninggal dunia, 150 orang luka-luka, 43 rumah rusak berat, 9 unit hotel rusak berat, dan puluhan kendaraan rusak. Daerah yang terdampak parah adalah permukiman dan wisata di Pantai Tanjung Lesung, Pantai Sumur, Pantai Teluk Lada, Pantai Panimbang, dan Pantai Carita.

Di Kabupaten Lampung Selatan, Lampung terdapat 3 orang meninggal dunia dan 11 orang luka-luka. Sedangkan di Kabupaten Serang (Banten) terdapat 3 orang meninggal dunia, 4 orang luka dan 2 orang hilang. Daerah yang terdampak di Kecamatan Cinangka.

Penanganan darurat masih terus dilakukan oleh BPBD bersama TNI, Polri, Basarnas, SKPD, Tagana, PMI, relawan dan masyarakat. Bantuan logistik disalurkan. Sementara itu jalan raya penghubung Serang-Pandeglang putus akibat tsunami.

Masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan tidak terpancing isu-isu yang menyesatkan. Update penanganan darurat akan terus disampaikan.

 

Pewarta: Budisantoso Budiman
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018