Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan tidak ada perbedaan pernyataan dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terkait tsunami Selat Sunda.
Wapres JK menjelaskan BMKG memberikan pernyataan berdasarkan sebab dari bencana tsunami tersebut muncul, sementara BNPB mengamati akibat dari bencana tersebut.
"Saya kira tidak ada perbedaan. BNPB hanya melihat akibatnya, kalau BMKG itu menganalisa sebabnya. Jadi BNPB hanya akibatnya, yang satu (BMKG) sebabnya," kata Wapres Jusuf Kalla usai memimpin rapat penanggulangan bencana tsunami Selat Sunda di VVIP Room Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta, Minggu siang.
Sebelumnya, BMKG dan BNPB memberikan pernyataan berbeda terkait bencana alam yang terdampak di Banten dan Lampung. BMKG menyatakan bahwa bencana alam tersebut merupakan tsunami, sementara BNPB menyebut itu adalah air laut pasang.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rachmat Triyono mengatakan tsunami yang terjadi di Selat Sunda tersebut tidak disebabkan oleh aktivitas seismik atau gempa di sekitarnya.
Tsunami yang melanda sekitar Selat Sunda pada Sabtu (22/12), menurut pusat vulkanologi, bisa disebabkan oleh runtuhan besar di dalam kolom air laut; dan untuk menyebabkan runtuhan tersebut diperlukan energi besar. Namun, energi besar yang bisa berupa gempa tersebut tidak terdeteksi oleh seismograf di pos pengamatan gunung api.
Untuk dapat menimbulkan tsunami seperti yang terjadi di Selat Sunda pada Sabtu (22/12), pusat vulkanologi menilai perlu ada runtuhan yang cukup besar yang masuk ke dalam kolom air laut, dan untuk merontokan bagian yang longsor ke bagian laut diperlukan energi yang cukup besar, dan ini tidak terdeteksi oleh seismograf di pos pengamatan gunungapi.
Wapres pun mengatakan bencana alam tsunami di Selat Sunda merupakan kejadian yang tidak biasa terjadi, yakni adanya gelombang tsunami tanpa didahului dengan gempa bumi.
"Saya sudah berbicara dengan Kepala BMKG dan (Badan) Geologi. Ini suatu kasus yang tidak biasa, bahwa tsunami tanpa gempa. Jadi gejalanya ada kemungkinan dari perubahan atau letusan Gunung Anak Krakatau," ujar JK.
Baca juga: Warga pesisir Bandarlampung masih mengungsi
Baca juga: 168 meninggal akibat tsunami Selat Sunda
Baca juga: Kemenkes kerahkan tenaga kesehatan tanggap bencana tsunami Selat Sunda
Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2018