"Cuaca ekstrem dan tingginya gelombang mencapai satu meter menjadi penghalang kami untuk melakukan evakuasi. Terlebih kami menggunakan kapal kecil yang tidak bisa melawan gelombang," kata Kepala Pos SAR Tanggamus, Denny Mezzu menjelaskan saat dihubungi dari Bandarlampung, Minggu.
Dia mengatakan, untuk masyarakat dan mahasiswa yang terdampar di Pulau Legundi kini telah dievakuasi oleh orang terdekat. Petugas telah mengevakuasi mereka menggunakan kapal dari Mabes Polri.
"Mereka sedang dievakuasi oleh petugas. Cuma karena kondisi gelombang besar jadi belum bisa bersandar kapalnya," kata dia menerangkan.
Dia menambahkan, sampai saat ini kapal tengah bersandar di Dermaga Batu Balai. Pihaknya tidak mau mengambil resiko mengingat gelombang yang tinggi.
"Kita masih bersandar, dan belum bisa melanjutkan ditambah resiko yang tinggi," kata dia.
Tsunami terjadi pada Sabtu (22/12) sekitar pukul 21.27 WIB yang menurut BNPB diduga disebabkan oleh longsornya dasar laut terimbas aktifitas erupsi Gunung Anak Krakatau.
Tsunami juga menghantam tiga dusun di Sinar Maju, Sinar Agung, dan Bandung Jaya, Teluk Kiluan, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung, dan telah merusak sedikitnya 72 perahu nelayan dan empat vila di dermaga setempat.
"Selain itu, satu rumah hilang total, tiga rumah rusak berat, satu selter roboh, dan satu balita berumur tiga tahun meninggal dunia," kata Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tanggamus, Maryani merincikan saat dihubungi dari Bandarlampung, Minggu.
Baca juga: Tsunami Selat Sunda ditengarai dipicu longsor bawah laut
Baca juga: Warga pesisir Bandarlampung masih mengungsi
Baca juga: Korban tsunami di Lampung Selatan bertambah
Pewarta: Hisar Sitanggang
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2018