Dari data yang didapatkan di RSUD Tarakan, 60 korban yang dirawat tersebut, tercatat 45 orang termasuk dalam rombongan karyawan rumah sakit dan 15 orang non-karyawan yang umumnya mengalami luka sobek hingga patah tulang.
Pihak rumah sakit menyebut ada karyawan dan anggota keluarganya yang menjadi korban tsunami Selat Sunda pada Sabtu (22/12) lalu saat sedang berwisata di Pantai Carita. Tercatat ada sebanyak 83 orang sebagai anggota rombongan.
"Jadi ini adalah rombongan karyawan koperasi yang bekerja sama dengan RSUD Tarakan. Jumlahnya sekitar 20 orang karyawan yang berangkat bersama keluarganya, dan karyawan kami yang merupakan anggota koperasi ada tiga orang yang berangkat bersama keluarganya," ujar Direktur Utama RSUD Tarakan Dian Ekawati saat dikonfirmasi.
Berdasarkan data yang dimiliki RSUD, ada 14 orang korban meninggal dunia di mana 12 orang merupakan anggota rombongan dan dua lainnya adalah warga DKI Jakarta yang juga menjadi korban tsunami.
"Korban dari rombongan yang belum ditemukan sebanyak lima orang, sementara korban yang sudah pulang sekitar 18 orang," ucap Dian menambahkan.
Sebelumnya diberitakan, gelombang tinggi tsunami menerjang kawasan pantai di Kabupaten Pandeglang, Serang, dan Lampung Selatan diduga akibat longsoran dari erupsi Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda pada Sabtu (22/12), pukul 21.10 WIB.
Hingga Senin malam, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat bencana alam tersebut mengakibatkan sebanyak 373 orang meninggal dunia, 1.459 orang luka-luka, 128 orang hilang dan 5.665 orang mengungsi.
Serta menyebabkan kerugian fisik akibat tsunami meliputi 681 unit rumah rusak, 69 unit hotel dan villa rusak, 420 unit perahu dan kapal rusak, 60 unit warung dan toko rusak serta puluhan kendaraan rusak.
Baca juga: BNPB umumkan korban meninggal akibat tsunami jadi 373 orang
Baca juga: Bulog siap salurkan cadangan beras untuk korban tsunami Selat Sunda
Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018