Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia (BRSDM) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Sjarief Widjaja menilai teknologi "Microbubble" membuat budidaya udang Vaname bisa menjadi alternatif mata pencaharian bagi para nelayan yang di kawasan pesisirnya saat ini sudah mulai berkurang hasil tangkapannya.Teknologi ini dapat diaplikasikan pada skala rumah tangga hingga industri sehingga pembudidaya kecil dapat diberdayakan.
"Saya rasa (teknologi Microbubble) ini merupakan terobosan bahwa bisnis Vaname bisa menjadi alternatif mata pencaharian bagi para nelayan yang sekarang di wilayah pesisirnya sudah mulai berkurang hasilnya," ujar Sjarief di Jakarta, Rabu.
Dia lebih lanjut menjelaskan bahwa teknologi Microbubble dengan integrasi "Recirculating Aquaculture System" atau RAS yang ditemukan oleh peneliti Pusat Riset Perikanan (Pusriskan) untuk budidaya udang Vaname, bisa diterapkan untuk bisnis skala rumah tangga sekaligus mematahkan paradigma bahwa bisnis budidaya udang itu membutuhkan modal besar dan hanya bisa dilakukan dalam skala industri.
"Teknologi ini dapat diaplikasikan pada skala rumah tangga hingga industri sehingga pembudidaya kecil dapat diberdayakan. Sistem dan metode budidaya udang Vaname ultra-intensif ini juga telah didaftarkan patennya melalui Sentra Kekayaan Intelektual KKP, dengan nomor paten P00201810738, sedangkan teknologi Mikrobubble-nya telah diberi sertifikat paten nomor IDS000002014," kata Sjarief.
Menurut Kepala BRSDM tersebut, salah satu keunggulan teknologi budidaya udang tersebut yakni bisa diaplikasikan di tengah perkotaan yang jauh dari sumber air laut mengingat pengelolaan media air budidaya dilakukan secara berkelanjutan.
Tidak hanya itu, kelebihan lainnya dari teknologi ini adalah tidak memerlukan proses penyifonan sehingga limbah dari sistem teknologi Microbubble dengan integrasi RAS tersebut bisa dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman.
"Diharapkan hasil penemuan ini dapat menjadi solusi permasalahan yang timbul pada budidaya udang Vaname sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat," ucap Sjarief dalam pidato sambutannya saat meresmikan teknologi Microbubble tersebut.
Dengan adanya teknologi Microbubble dalam kolam ukuran volume 49 meter kubik selama 60 hari, proses pembesaran mampu menghasilkan udang berukuran berat 14 gram per ekor dari berat awal 0,5 gram serta meraup keuntungan bersih sekitar 94,3 juta per tahun hanya dengan nilai investasi awal sekitar Rp31 juta.
Teknologi ini dapat dikembangkan dengan kepadatan ≥1000 ekor per meter kubik (ultra-intensif), sehingga produktivitas yang dihasilkan sangat tinggi.
Sebelum adanya invensi teknologi tersebut, budidaya udang Vaname tertinggi dicapai pada budidaya Supra intensif dengan kepadatan 400 ekor per meter kubik.
Pewarta: Aji Cakti
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2018