Lampung, (ANTARA News) - Ratusan warga yang menjadi korban tsunami di Lampung Selatan, Provinsi Lampung, mengungsi di kebun cengkih di bawah kaki Gunung Rajabasa, tepatnya di Dusun Satu, karena masih trauma dan khawatir terjadi tsunami susulan.Di sini kami merasa aman walaupun tidak nyaman karena pengungsian ini kami buat seadanya dengan beratapkan terpal, yang terpenting lokasinya berada di atas dan jauh dari pantai
"Di sini kami merasa aman walaupun tidak nyaman karena pengungsian ini kami buat seadanya dengan beratapkan terpal, yang terpenting lokasinya berada di atas dan jauh dari pantai," kata salah seorang pengungsi, Jahidin di Lampung Selatan, Kamis.
Informasi yang dihimpun, warga yang memilh mengungsi di kebun cengkih tersebut berjumlah 56 kepala keluarga (KK) dengan jumlah jiwa mencapai 200 orang, bahkan setiap harinya jumlah warga yang mengungsi di Desa Waymulli terus bertambah.
Pengungsi lainnya, Idoh Mafrudoh, mengaku bersama dua orang anaknya, mereka sudah lima hari bertahan di tempat pengungsian yang dibuka oleh warga ini.
Bahkan jika ingin mandi atau buang air, hanya bisa dilakukan di lokasi karena di tempat pengungsian ini tidak ada WC umum. Ditambah jaraknya yang jauh dari rumah warga serta berada di ketinggian.
"Kalau untuk mengambil bantuan ada suami yang turun sesekali jika persediaan makanan habis dan mengambilnya ke posko utama yang ada di SMAN 1 Rajabasa," tambahnya.
Parahnya lagi, tidak sedikit warga yang masih memiliki bayi dan balita tetap nekat bertahan di pengungsian tersebut padahal pihak dari sukarelawan, dokter dan lembaga lainnya sudah membujuk agar mau pindah ke lokasi yang lebih nyaman dan aman, seperti rumah sakit.
Apalagi di kebun tersebut warga rawan terserang malaria karena banyak nyamuk.
Pengungsi lainnya, Sunenti, yang masih memiliki bayi berusia satu bulan, memilih bertahan di kaki Gunung Rajabasa, yang merupakan perkebunan cengkih, karena masih trauma melihat gelombang laut. Ditambah kakinya cedera dan sudah infeksi sehingga enggan ke mana-mana.
Namun, Sunenti mengaku khawatir anak perempuannya yang baru satu bulan bernama Nova terserang penyakit. Apalagi menurut dokter yang menyambanginya menyebutkan bahwa bayinya itu sudah dehidrasi.
"Ya, kalau hujan tentunya dingin karena hanya beratapkan terpal saja. Untuk bantuan Alhmadulillah mencukupi mulai dari pakaian anak, popok, minyak kayu putih dan kebutuhan untuk bayi saya tercukupi," tambahnya.
Sama halnya dengan Sarmah ia dan anaknya yang baru satu tahun setengah tetap bertahan di pengungsian kebun cengkih ini.
Sebab rumah satu-satunya yang ada di Waymuli sudah rata dengan tanah akibat diterjang tsunami.
Baca juga: Ribuan warga pesisir Lampung Selatan mengungsi di sekolah
Baca juga: Tsunami ratakan dua desa di lampung selatan
Pewarta: Aditia Aulia Rohman
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2018