Jakarta (ANTARA News) - Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian mengungkapkan ada tiga aspek yang dilakukan di sektor pertanian untuk mengendalikan inflasi pangan.Aspek ketersediaan, distribusi dan pemanfaatan pangan. Ketiga aspen ini menyatu dan punya andil besar untuk pengendalian inflasi
"Aspek ketersediaan, distribusi dan pemanfaatan pangan. Ketiga aspen ini menyatu dan punya andil besar untuk pengendalian inflasi," kata Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Agung Hendriadi dalam acara bincang-bincang di Kantor Pusat Kementerian Pertanian Jakarta, Jumat.
Agung mengungkapkan menurut data Badan Pusat Statistik, inflasi dan andil kelompok pengeluaran bahan makanan dalam empat tahun terakhir mengalami penurunan yang cukup signifikan.
Tingkat inflasi terendah sepanjang sejarah yaitu sebesar 1,26 persen terjadi pada 2017, sedangkan andil pengeluaran bahan makanan terhadap inflasi di tahun yang sama terendah sepanjang 2014-2018 yaitu 0,26 persen. Bahkan, pada November 2018, inflasi bahan pokok hanya 1,69 persen, sedangkan inflasi nasional tercatat 2,5 persen.
Ada pun aspek pertama, yakni ketersediaan pangan dilakukan melalui peningkatan produksi pangan, menjaga luas tanam bulanan sesuai kebutuhan, serta mendekatkan pusat produksi kepada konsumen.
Sementara dari aspek distribusi pangan, Kementan berupaya menjaga pasokan dan harga pangan. Salah satu terobosan Kementan di Tahun 2018 adalah mendorong kemudahan distribusi pangan dan efisiensi tata niaga adalah mengembangkan e-commerce Toko Tani Indonesia (TTI).
Menurut Agung, rantai pasok antara petani sebagai produsen dengan konsumen bisa sangat panjang. Oleh karena itu, Kementan turut mengembangkan e-commerce TTI guna memangkas rantai distribusi pangan dan turut memengaruhi inflasi.
"Melalui layanan online berbasis aplikasi ini, TTI sebagai outlet dapat memesan beras segar langsung kepada Gapoktan ," kata Agung.
Ia menjelaskan tata niaga pangan yang panjang membuat harga menjadi mahal karena terakumulasi dari margin keuntungan pelaku rantai pasok.
Belum sampai setahun, jangkauan e-commerce TTI di wilayah Jabodetabek berkembang dengan cepat. Tercatat sebanyak 291 Gapoktan dan 1.140 TTI sudah tergabung dalam e-commerce, dengan transaksi penjualan mencapai Rp8,60 miliar.
Selain e-commerce, Agung menyebutkan Kementan turut membantu proses distribusi dengan secara intensif mengendalikan pasokan pada Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN), monitoring harga pangan harian, melaksanakan operasi pasar bila diperlukan, dan mengembangkan lumbung pangan masyarakat.
Pada aspek pemanfaatan pangan, Agung menuturkan Kementan jalankan program untuk mengendalikan pola konsumsi masyarakat dengan menjaga ketersediaan dan kebutuhan pangan, melalui: mengembangkan pola konsumsi pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman (B2SA); mengkampanyekan anti pemborosan dan food waste; dan mendorong pemanfaatan bahan baku lokal dalam industri.
Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) merupakan komitmen Kementan untuk mendekatkan pusat produksi pangan ke konsumen melalui penyediaan pangan yang cukup, beragam, dan bergizi seimbang bagi masyarakat
Pada tahun 2018, telah dikembangkan 2.300 KRPL, dengan 1.000 di antaranya termasuk "desa stunting". Pada 2019 mendatang KRPL akan dilaksanakan di 1.600 desa stunting pada 160 kabupaten di seluruh Indonesia.
Data BPS menyebutkan selama periode Maret 2017, jumlah penduduk miskin di pedesaan turun sebanyak 1,2 juta orang yakni dari 17,10 juta orang pada Maret 2017 menjadi 15,81 juta orang pada Maret 2018. Sementara persentase penduduk miskin di perdesaan pada Maret 2017 sebesar 13,93 persen turun menjadi 13,20 persen pada Maret 2018.
Baca juga: Pemerintah fokus awasi harga pangan pemicu inflasi
Baca juga: Peneliti katakan stabilkan harga pangan untuk jaga inflasi
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2018