Hilangnya barang-barang seperti kompor gas, lemari, meja, dan uang tunai sebesar Rp500 ribu tersebut bukan karena hanyut terbawa arus tsunami melainkan dijarah oleh orang.
"Barang-barang saya banyak hilang pada diambilin," kata Neneng Ariah, sambil mengusap air matanya menggunakan kerudungnya, Sabtu.
Ia menjelaskan, sehari pascatsunami dirinya melihat barang-barangnya masih berada di kamar messnya. Saat mengungsi di pegunungan selama satu minggu, kemudian dia melihat isi messnya sudah kosong tak tersisa.
"Pertama kali saya lihat setelah kejadian itu masih ada, kan mess saya gak seberapa parah karena tertahan oleh bangunan. Kemudian saya disuruh mengungsi, pas saya pulang sekarang ini barang saya sudah tidak ada. Mau saya tidak usah seperti itulah, masa ngambilin barang orang yang terkena bencana," kata dia.
Ia menambahkan, dirinya pernah memergoki seseorang berpakaian bebas sambil berjalan cepat ke arah luar. Dirinya menduga seseorang telah menjarah barang-barang miliknya.
"Saya panggil-panggil, malah jalan aja cepat-cepat. Saya curiga sama orang itu," kata dia menerangkan.
Neneng turun gunung dari tempat pengungsian ditemani oleh suaminya, Fauzi Hasan. Ia mendatangi messnya berniat untuk mengecek keadaan di dalam mess sambil melihat barang-barangnya.
Namun ketika masuk kes mess, dirinya kaget karena barang dan perabotan miliknya telah hilang.
Baca juga: Pengungsi di Desa Way Muli Timur butuh bantuan makanan
Baca juga: Pengungsi di SDN Cigeulis mulai diserang penyakit
Baca juga: Pengungsi terdampak tsunami di Lampung Selatan sebanyak 7.880 orang
Pewarta: Triono Subagyo/Damiri
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018