Layanan ini bertujuan untuk mengurangi dampak dari ketakutan yang dialami oleh anak-anak pascatsunami, kata anggota tim lapangan LDP Asep Subarkah di perbukitan Gunung Rajabasa, Way Muli Timur, Lampung Selatan, Minggu.
Dia menyebutkan bahwa untuk mereduksi ketakutan anak-anak tersebut, maka harus dilakukakn pendampingan agar aktivitas keseharian mereka berjalan dengan normal.
Ade mencontohkan pendampingan yang dilakukan adalah membuat mereka kembali pada kehidupan mereka sehari-hari, seperti menyanyi, mengobrol, bermain, belajar serta hal-hal yang biasa mereka lakukan.
"Kami akan petakan lagi kegiatan harian anak-anak di sini apa, seperti sore hari biasanya mereka mengaji, nanti kita akan adakan pengajian," katanya pula.
Ia menjelaskan ingatan pada rasa ketakutan dan mimpi buruk pada tahap awal bencana itu wajar dialami mereka, karrna tidak bisa hilang begitu saja dari ingatan mereka.
"Normalnya ketakutan akan peristiwa itu, akan berlangsung selama dua minggu, namun tidak dengan ingatan," ujarnya pula.
Menurut dia, ingatan mengenai suatu kejadian besar atau penting bagi seseorang tidak mudah hilang, bahkan akan terbawa hingga usia tua nanti, sehingga menjadi pengalaman traumatis.
Karena itu, katanya lagi, dengan diadakan pendampingan dan layanan terapi psikososial ini bukan untuk menghapus ingatan mereka, akan tetapi mereduksi ingatan yang dialami mereka bukan lagi sebagai sebuah ketakutan namun menjadi sebuah kekuatan serta hal-hal yang positif.
Baca juga: Kemensos berikan layanan dukungan psikologi korban tsunami
Baca juga: Relawan Pertamina hibur anak-anak korban tsunami Selat Sunda
Pewarta: Budisantoso Budiman dan Dian Hadiyatna
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2018