• Beranda
  • Berita
  • Bupati Nduga minta maaf terkait kekerasan Desember 2018

Bupati Nduga minta maaf terkait kekerasan Desember 2018

2 Januari 2019 05:07 WIB
Bupati Nduga minta maaf terkait kekerasan Desember 2018
Fadilla Aulia (21) memperlihatkan foto suaminya Faiz Saputra (29) yang menjadi korban penembakan kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Biringkanayya, Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (7/12/2018). Faiz Saputra merupakan salah satu korban penembakan kelompok kriminal bersenjata saat mengerjakan jalur Trans Papua di Kali Yigi dan Kali Aurak Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua pada 2 Desember lalu. ANTARA FOTO/Abriawan Abhe/foc. (ANTARA FOTO/ABRIAWAN ABHE)

TPN/OPM atau KKB adalah musuh bangsa, silakan kejar mereka, asal rakyat saya tidak korban

Jayapura (ANTARA News) - Bupati Nduga Yarius Gwijangge menyatakan permintaan maafnya kepada semua pihak terutama keluarga korban PT Istaka Karya, terkait kekerasan pada awal Desember 2018.

"Saya menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya, kepada para keluarga dan anak-anaknya yang jadi korban kekerasan di Nduga. 2018 adalah tahun sial dan mengerikan bagi kita, seharusnya tidak terjadi tapi terjadi," katanya di Kota Jayapura, Papua, Selasa.

Pernyataan maaf ini disampaikan Yairus didampingi Kapendam XVII/Cenderawasih Kolonel Inf M Aidi di Bukit Polimak, terkait tewasnya belasan pekerja PT Istaka Karya yang sedang mengerjakan pembangunan jalan trans-Papua di Yigi, Kabupaten Nduga.

"Harapanya pada tahun ini dan selanjutnya tidak terjadi aksi kekerasan lagi. Saya harap jangan terjadi lagi," ujarnya.

Pada momentum ini, Bupati Nduga dua periode itu mengajak agar masyarakat di seluruh kampung dan distrik di Kabupaten Nduga untuk berpikir bagaimana membangun daerah.

"Ada baiknya kita semua berpikir untuk hidup baik, kekompakan, kebersamaan kita itu yang perlu dipikirkan. Saling tuding, membunuh, saling menyalahkan satu sama yang lain itu kurang bagus, tahun ini semoga tidak terjadi (kekerasan) lagi," ucapnya, berharap.

"Mereka yang sudah melakukan pembunuhan terhadap anak-anak Tuhan yang tidak berdosa itu, terkutuklah mereka. Ini cara yang sangat biadab, yang sangat tidak manusiawi, ini cara yang tidak bagus yang mereka (kelompok kriminal bersenjata atau KKB-red) lakukan, saya sampaikan permohonan maaf, mereka sudah salah," tambahnya.

Akibat kekerasan itu, kata dia, masyarakat Nduga menjadi trauma oleh kejahatan KKB, sementara TNI dan Polri sedang melaksanakan tugas negara, melindungi rakyat agar tidak terjadi aksi kekerasan.

"Pemerintah punya kewajiban lewat TNI dan Polri untuk melindungi rakyatnya dari aksi tidak terpuji oleh kelompok itu. Harapanya TNI dan Polri bisa bertugas secara profesional, TPN/OPM atau KKB adalah musuh bangsa, silakan kejar mereka, asal rakyat saya tidak korban," tuturnya.

Pada 1 dan 2 Desember 2018, sebanyak 28 pekerja jalan transPapua dari PT Istaka Karya menjadi korban kekerasan dari kebiadan KKB pimpinan Egianus Kogoya bersama puluhan anak buahnya.

Dari aksi itu, 17 pekerja ditemukan tewas, empat di antaranya masih dilakukan pencarian oleh tim gabungan TNI dan Polri, sisanya sudah kembali bersama keluarga.

Selain itu, lima personel TNI dan Polri tak luput dari aksi tersebut. Satu di antaranya tewas atas nama Sertu Anumerta Handoko, empat lainnya luka berat dan ringan.

Di pihak warga Nduga juga beredar kabar tiga hingga empat orang lainnya dikabarkan tewas.

Pewarta: Alfian Rumagit
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2019