• Beranda
  • Berita
  • Badan Geologi: Gunung Anak Krakatau masih dalam fase erupsi

Badan Geologi: Gunung Anak Krakatau masih dalam fase erupsi

2 Januari 2019 16:49 WIB
Badan Geologi: Gunung Anak Krakatau masih dalam fase erupsi
Erupsi Gunung Anak Krakatau terlihat dari KRI Torani 860 saat berlayar di Selat Sunda, Lampung, Selasa (1/1/2019). Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menyatakan Gunung Anak Krakatau masih berada di level III (Siaga). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/foc.

Tingkat aktivitas Gunung Anak Krakatau masih Siaga (level III) dan erupsi masih terjadi sehingga masih terdapat ancaman berupa lontaran material letusan, sehingga direkomendasikan untuk tidak mendekat dalam radius 5 kilometer dari kawah

Jakarta, (ANTARA News) - Kepala Badan Geologi, Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rudy Suhendar di Jakarta, Rabu mengungkapkan bahwa hingga Rabu,  tanggal 2 Januari 2019, di Gunung Anak Krakatau, Selat Sunda,  masih dalam fase erupsi. 

Di samping itu masih terekam kegempaan di stasiun seismik di Pulau Sertung berupa gempa-gempa letusan, hembusan, dan tremor menerus dengan amplitudo maksimum dominan 7mm.

"Tingkat aktivitas Gunung Anak Krakatau masih Siaga (level III) dan erupsi masih terjadi sehingga masih terdapat ancaman berupa lontaran material letusan, sehingga direkomendasikan untuk tidak mendekat dalam radius 5 kilo meter dari kawah, yaitu di dalam area yang dibatasi oleh Pulau Rakata, Pulau Sertung, Pulau Panjang. Status Siaga ini hanya berlaku untuk aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau," ujar Kepala Badan Geologi, Kementerian ESDM, Rudy Suhendar. 

Rudi juga menjelaskan bahwa tidak ada potensi terjadinya tsunami dari aktivitas vulkanik tersebut.

"Berdasarkan analisis data yang dimiliki, Badan Geologi menyimpulkan bahwa tidak ada potensi terjadinya tsunami yang disebabkan oleh aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau," tambahnya.

Sebelumnya,  pada tanggal 26 Desember 2018 terjadi letusan besar yang menyebabkan longsoran besar yang menghancurkan seluruh puncak Gunung Anak Krakatau sehingga tingginya yang semula 338 meter berkurang hingga hanya lebih kurang 110 meter di atas permukaan laut. Runtuhnya seluruh puncak dan sebagian besar tubuh tersebut tidak menimbulkan tsunami.

"Adapun yang disinyalir sebagai adanya retakan di lereng Gunung Anak Krakatau, hal itu merupakan sisa-sisa dari proses runtuhan yang disebabkan letusan tanggal 26 Desember 2018, dan itu adalah hal yang wajar di dalam letusan gunungapi. Tidak perlu dikhawatirkan," katanya. ***4***

 

Baca juga: Sensor antisipasi dampak erupsi Gunung Anak Krakatau dipasang BMKG

Baca juga: BMKG: aktivitas seismik Anak Krakatau tidak berpotensi timbulkan tsunami

Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019