• Beranda
  • Berita
  • Jawa Barat hadapi 544 bencana tanah longsor sepanjang 2018

Jawa Barat hadapi 544 bencana tanah longsor sepanjang 2018

2 Januari 2019 19:10 WIB
Jawa Barat hadapi 544 bencana tanah longsor sepanjang 2018
Petugas gabungan mengevakuasi motor yang tertimbun longsor di kampung Cimapag, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (2/1/2019). Pada hari ketiga pencarian, petugas SAR gabungan berhasil menemukan tiga jenazah korban longsor. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/aww.

Bandung (ANTARA News) - Jawa Barat sepanjang Januari hingga Desember 2018 menghadapi 1.561 kejadian bencana, 544 di antaranya bencana tanah longsor menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat.

Menurut Kepala Seksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Jawa Barat Budi Budiman Wahyu di Bandung, Rabu, selain tanah longsor selama kurun itu Jawa Barat menghadapi 434 kebakaran hunian, 286 kejadian angin puting beliung, 149 banjir, 141 kebakaran hutan, dan dua gempa bumi.

Kejadian-kejadian bencana itu, menurut dia, menyebabkan 50 orang meninggal dunia dan berdampak pada 75.706 warga dan 31.474 rumah warga.

Budi menjelaskan pula bahwa selama Desember 2018 bencana hidrometeorologi masih mendominasi.

"Adapun persentasenya peringkat pertama untuk bencana alam pada Desember 2018 ialah tanah longsor dengan persentase 51 persen, diikuti angin kencang 25 persen, banjir 13 persen dan terakhir kebakaran 11 persen," kata dia.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan tanah longsor paling banyak terjadi di Jawa Barat karena mayoritas kota dan kabupaten di tanah Pasundan merupakan daerah rawan longsor.

Usai meninjau dampak tanah longsor di Kampung Garehong, Dusun Cimapag, Disa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Gubernur mengatakan bahwa dia sudah menginstruksikan seluruh pemerintah kabupaten/kota siaga mengantisipasi kemungkinan terjadinya tanah longsor.

Mengenai dampak tanah longsor di daerah itu, Gubernur mengatakan bahwa rumah-rumah yang tertimbun longsor di Dusun Cimapag tidak berada di lereng bukit.

"Sesuai kearifan lokal rumah yang masih berada di wilayah Kasepuhan Adat Sinarresmi ini posisinya sudah menyesuaikan. Longsor ini lebih disebabkan karena ada aliran air yang mungkin ekstrem sehingga tanahnya menjadi labil," katanya.

Baca juga:
BNPB: daerah longsor Sukabumi seharusnya untuk konservasi
11 jenazah korban longsor Cisolok teridentifikasi
26 korban longsor Sukabumi belum ditemukan

 

Pewarta: Ajat Sudrajat, Aditia Aulia Rohman
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019