Jakarta (ANTARA News) - Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan tanah longsor merupakan bencana yang paling banyak terjadi di Kabupaten Sukabumi dalam 10 tahun terakhir.Paling banyak adalah tanah longsor, baru kemudian puting beliung dan banjir
"Paling banyak adalah tanah longsor, baru kemudian puting beliung dan banjir. Desa Sinaresmi yang baru saja mengalami longsor memang wilayah yang rentan bahaya longsor menengah dan tinggi," kata Sutopo dalam jumpa pers di Graha BNPB, Jakarta, Rabu.
Menurut Sutopo terdapat 33 kecamatan di Sukabumi yang berada dalam status bahaya longsor menengah dan tinggi pada Januari 2019.
Sementara itu, delapan kecamatan memiliki kemungkinan longsor yang bisa memicu banjir bandang.
"Peta potensi bencana longsor masing-masing wilayah bisa diakses di portal resmi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Sayang belum banyak masyarakat dan pemerintah daerah yang mengaksesnya," jelasnya.
Karena itu, untuk mengurangi risiko dampak tanah longsor, penataan tata ruang dan wilayah sangat penting dengan memperhatikan peta rawan bencana.
"Wilayah-wilayah yang memiliki risiko bahaya bencana tinggi seharusnya bukan untuk permukiman atau pertanian, melainkan untuk konservasi," tuturnya.
Sebelumnya, terjadi tanah longsor akibat hujan dengan intensitas rendah yang terjadi selama beberapa hari sebelumnya di Desa Sinaresmi, Kabupaten Sukabumi pada Senin (31/12).
Tanah longsor menimbun lahan pertanian dan 30 rumah sehingga 32 kepala keluarga atau 101 jiwa terdampak. Hingga Rabu pukul 13.00 WIB, 15 orang ditemukan meninggal dunia dan 11 diantaranya telah teridentifikasi.
Menurut Sutopo, melihat kemiringan lereng yang terjal karena lebih dari 30 persen dengan materi penyusun berupa tanah berpori yang mudah menyerap air dan gembur, lokasi tersebut seharusnya untuk konservasi.
Baca juga: BNPB: daerah longsor Sukabumi seharusnya untuk konservasi
Baca juga: Presiden tugasi Kepala BNPB ke Sukabumi cek dampak longsor
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019