KSP: Tidak ada toleransi untuk terorisme

3 Januari 2019 14:41 WIB
KSP: Tidak ada toleransi untuk terorisme
Anggota Resmob Satgas 3 Tinombala Bripka Andrew Maha Putra dievakuasi setelah tertembak ke Rumah Sakit Bhayangkara Palu, Sulawesi Tengah, Senin (31/12/2018). Dua anggota polisi tertembak diduga oleh Kelompok Sipil Bersenjata (KSB) saat melakukan evakuasi korban mutilasi di Dusun Salubose, Parigi Moutong. Wakapolda Sulteng Kombes Pol Setyo Boedi menduga, KSB tersebut adalah bagian dari kelompok DPO Poso yang kini masih diburu. ANTARA FOTO/Basri Marzuki/aww.
Jakarta (ANTARA News) - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan pemerintah tidak mentoleransi setiap tindakan kriminial oleh terorisme.

"Nggak ada toleransi, enak saja. Tugas negara kan menciptakan rasa aman, kalau ada yang mengganggu ya harus dihabisi," tegas Moeldoko ditemui di Bina Graha, Jakarta pada Kamis.

Menurut Moeldoko, teror yang dilakukan oleh pengikut Santoso, Ali Kalora, di Parigi Moutong, Sulawesi Tengah diatasi oleh pasukan gabungan.

Mantan Panglima TNI itu menjelaskan medan pegunungan dan hutan lebat menjadi tantangan bagi operasi pengejaran.

"Waktu itu kita terjunkan TNI, karena memang itu, menurut saya, area operasinya TNI," jelas Moeldoko.
 
.



Namun demikian Moeldoko menilai Kapolri Jenderal Tito Karnavian akan mengambil sejumlah upaya yang lebih taktis dalam menghadapi situasi gangguan keamanan di daerah itu.

Satgas Tinombala masih mengejar kelompok Ali Kalora yang telah melukai dua anggota polisi saat sedang mengevakuasi jenazah korban mutilasi di Desa Salubanga, Kecamatan Sausu, Kabupaten Parigi Moutong pada Senin (31/12).

Polri menjelaskan Ali Kalora masuk dalam daftar pencarian orang yang merupakan anak buah Santoso.

Sebanyak enam anggota Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang dipimpin AK yakni Qatar alias Farel, Abu Alim, Kholid, M Faisal alias Namnung, Nae alias Galuh, dan Basir alias Romzi.

Pewarta: Bayu Prasetyo
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019