• Beranda
  • Berita
  • Zona waspada tsunami 500 meter masih diterapkan di pesisir Selat Sunda

Zona waspada tsunami 500 meter masih diterapkan di pesisir Selat Sunda

5 Januari 2019 20:25 WIB
Zona waspada tsunami 500 meter masih diterapkan di pesisir Selat Sunda
Petugas BMKG memasang alat pengukur ketinggian air atau "water level" saat berlangsung erupsi Gunung Anak Krakatau (GAK) di Pelabuhan Pulau Sebesi, Lampung Selatan, Lampung, Selasa (1/1/2019). BMKG memasang alat di pulau yang dekat dengan Gunung Anak Krakatau tersebut untuk memantau ketinggian air sekaligus sebagai data dalam menentukan peringatan dini bila terjadi gelombang tsunami di Selat Sunda karena gempa tektonik maupun vulkanik. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/wsj.

Jakarta (ANTARA News) - Zona waspada tsunami masih diterapkan pada radius 500 meter dari tepi pantai yang berada pada elevasi rendah atau elevasi kurang dari lima meter di atas permukaan laut menyusul perkembangan letusan Gunung Anak Krakatau. 

"Masyarakat diminta tetap tenang dan waspada dalam beraktivitas di pantai atau pesisir Selat Sunda, dalam radius 500 meter dari tepi pantai yang berada pada elevasi rendah," kata Deputi Bidang Geofisika Badan  Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Muhamad Sadly dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Sabtu.

Pemberlakuan tersebut berdasarkan informasi Badan Geologi terkait perkembangan letusan Gunung Anak Krakatau serta mempertimbangkan kondisi lereng atau tebing dasar laut ataupun kondisi potensi kegempaan di Selat Sunda.

Hingga Sabtu (5/1) Gunung Anak Krakatau masih berstatus Siaga atau Level III. Terjadi 24 kali letusan dan terpantau asap kawah berwarna putih, kelabu dan hitam dengan intensitas tebal dan tinggi 300 hingga 1.000 meter di atas puncak kawah.

Badan Vulkanolodi dan Mitigasi Bencana Geologi (BVMBG) Kementerian ESDM merekomendasikan agar masyarakat atau wisatawan tidak diperbolehkan mendekati kawah dalam radius lima kilometer dari kawah.

Sadly mengimbau masyarakat untuk terus memantau perkembangan informasi terkait kewaspadaan bahaya tsunami melalui website, aplikasi mobile dan media sosial InfoBMKG serta memantau perkembangan aktivitas Gunung Anak Krakatau melalui aplikasi MAGMA INDONESIA Badan Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian ESDM agar tidak terpancing dengan informasi atau isu yang menyesatkan.

"BMKG beserta Badan Geologi dengan dukungan TNI dan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman terus memantau dan akan terus menyampaikan informasi perkembangannya," kata dia.
Baca juga: Gotong royong BUMN ringankan derita korban Selat Sunda
Baca juga: Warga korban tsunami bersyukur terima bantuan dari BUMN

Baca juga: Polda dan tim masih mencari tujuh korban Tsunami Selat Sunda

Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2019