"Tentunya barang-barang yang lux seperti itu punya pasar dan segmentasi yang unik dan pasti ada segmen sendiri. Acer juga yakin karena kami mempunyai kualitas produk yang sangat bagus juga fitur-fitur yang menarik," kata Andreas dalam temu media di Jakarta, Selasa.
Keyakinan ini juga ditambah dengan keberhasilan Predator 21X yang meluncur di pasar Indonesia pada tahun lalu.
"Predator 21X yang harga produknya 125 juta itu bisa habis dalam waktu satu minggu," kata Andreas.
Tidak hanya itu, Andreas mengungkapkan bahwa perangkat Predator berhasil tumbuh 900 persen dari Juli 2017 sampai dengan Agustus 2018.
Sayangnya, Andreas mengaku belum memiliki data kontribusi perangkat gaming Acer tersebut terhadap pendapatan total Acer.
Predator Thronos sendiri diperkenalkan dalam pameran teknologi IFA di Berlin pada awal September lalu.
Andreas menampik bahwa Predator Thronos telah masuk ke Indoneisa. Dia mengungkapkan perlu kesiapan dari sisi legal dan juga manufaktur untuk membawa perangkat ini ke Indonesia.
Sementara itu, pre-order kursi gaming Predator Thronos akan dimulai pekan depan. Namun, Andreas belum mau menyebut jumlah perangkat Predator Thronos yang disiapkan, dan eggan mengatakan jumlah target.
"Target sebanyak-banyaknya karena kita yakin segmentasi pasar ini bakalan menarik banyak juga orang yang tertarik merasakan ini," ujar dia.
Selain ditujukan bagi para hardcore gamers, Andreas mengatakan bahwa Predator Thronos juga bisa membuka peluang bisnis lain, seperti gaming cafe.
Predator Thronos hadir dalam dua varian yaitu yaitu varian Predator Orion 9000 (PO9-900) dengan Intel CoreTM i9-7900X dengan harga Rp299 juta dan Predator Orion 5000 (PO5-610) dengan Intel CoreTM i7-9700K dengan harga Rp199 juta.
Di awal kehadirnnya, Acer akan membawa Predator Thronos ke Electronic City, Pondok Indah Mall (PIM) 1 pada 14-20 Januari 2019, dan final Indonesia Asia Pacific Predator League 2019 di Mall Taman Anggrek Jakarta pada 25-27 Januari 2019.
Baca juga: Acer segera hadirkan kursi gaming seharga ratusan juta
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2019