Bima di Bogor, Selasa, mengatakan tanggal 3 Januari 2019 dirinya mendapat laporan dari Kepala Pengadilan Agama Kota Bogor yang menyampaikan data penurunan angka perceraian tersebut.
"Ketua Pengadilan Agama menyampaikan, saya kaget baru membaca data angka perceraian turun. 10 persen itu lumayan, biasanya naik, ini malah turun," ujarnya.
Penurunan ini menjadi faktor yang membanggakan bagi Pemerintah Kota Bogor di tahun ini. Karena sejak 2014 angka perceraian trennya naik bukan turun.
"Wallahualam bishawab apa penyebabnya, tapi yang pasti angka yang membahagiakan," kata Bima.
Untuk memastikan hal ini, ia melakukan pengecekan di kepegawaian untuk melihat apakah angka perceraian di kalangan aparatur sipil negara (ASN) menunjukkan penurunan.
Berdasarkan data kepegawaian, perceraian di internal ASN sejak 2011 sampai 2018 tercatat, delapan kasus pada 2011, sembilan kasus di 2012, 11 kasus di 2013, lalu 15 kasus di 2014, bertahan 15 kasus di 2015, lalu naik 18 kasus di 2016.
"2017 ada 22 kasus perceraian di internal ASN, dan 2018 turun menjadi 15 kasus. Sama ternyata, secara internal pegawai, naik dan kemudian turun," katanya.
Bima menambahkan, dirinya belajar dari Gubenur Sulawasi Selatan Prof Nurdin Abdullah yang semasa menjabat sebagai Bupati Bantaeng gencar membangun ruang terbuka publik.
Dan tujuan Pemerintah Kota Bogor membangun ruang terbuka publik antara lain untuk membangun ketahanan keluarga. Seperti yang disampaikan Prof Nurdin Abdulah setelah dibangun ruang terbuka publik di mana-mana, angka perceraian turun.
"Nanti perlu kita dalami ini kenapa turun," kata Bima.*
Baca juga: Menteri Agama prihatin angka perceraian terus naik
Baca juga: Angka perceraian di Batam meningkat
Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019