Warga menjalankan dapur umum mandiri dengan mengolah stok bantuan yang masih ada untuk melayani pengungsi yang kehilangan rumah atau tempat tinggalnya rusak berat akibat tsunami menurut Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Harry Hikmat di Jakarta, Rabu.
"Masa tanggap darurat sudah berakhir di Pandeglang. Jadi Tagana maupun dapur umum dari Jawa Tengah, DKI Jakarta, Jawa Barat dan daerah lainnya sudah kembali ke daerahnya masing-masing," katanya.
Harry mengatakan saat ini sekitar 6.000 warga masih tinggal di pengungsian di Pandeglang. Pemerintah berencana membangun hunian sementara (huntara) untuk mereka.
"Saat ini sedang dikaji daerah-daerah yang memungkinkan dibangun huntara, kurang lebih ada 1.530 keluarga yang mendesak untuk disiapkankan huntara," kata dia.
Masa tanggap darurat di Pandeglang, salah satu daerah terparah terdampak tsunami, berakhir Jumat (4/1) dan diikuti dengan periode transisi darurat menuju peralihan selama dua bulan dari 6 Januari 2019 hingga 6 Maret 2019.
Sementara daerah terdampak tsunami lainnya, Kabupaten Lampung Selatan di Provinsi Lampung, memperpanjang masa tanggap darurat bencananya selama dua minggu dari 6 Januari 2019 hingga 19 Januari 2019.
Tsunami Selat Sunda hingga Sabtu (5/1) tercatat menyebabkan 437 orang meninggal dunia, 9.061 orang terluka, 10 orang hilang dan 16.198 orang mengungsi.
Di Kabupaten Pandeglang bencana tersebut menyebabkan 296 orang meninggal dunia, tiga orang hilang, dan 7.972 orang mengungsi. Selain itu tsunami mengakibatkan 1.071 rumah rusak berat dan rusak sedang, dan 457 rumah rusak ringan di wilayah tersebut.
Sedangkan di Lampung Selatan, tsunami menyebabkan 120 orang meninggal dunia, 8.304 orang luka, dan 6.999 orang mengungsi. Terjangan tsunami juga menyebabkan 543 rumah rusak berat, 70 rumah rusak sedang dan 97 rumah rusak ringan di kabupaten tersebut.
Baca juga: Bupati Pandeglang: pengungsi korban tsunami berkurang
Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019