Profesor psikologi perkembangan University of Tuebingen di Jerman, Claudia Friedrich mengatakan bahwa bayi mewarisi setengah DNA dari ibu dan ayahnya.
Namun, belum tentu kedua orang tua dengan sifat tenang otomatis memiliki anak dengan kepribadian yang sama. Anak-anak bisa menjadi pemalu dan suka berpelukan, atau mengamuk dan menjerit-jerit.
Selain DNA, faktor lingkungan juga berpengaruh pada pembentukan kepribadian pada anak.
"Perkembangan kepribadian juga sangat bergantung pada lingkungan tempat anak-anak tumbuh. Mereka dipengaruhi oleh perilaku orang tua, kakek-nenek, guru, dan teman sebaya. Perilaku mereka adalah interaksi itu semua," kata Friedrich, seperti dikutip dari Deutsche Presse-Agentur, Rabu.
Sementara, menurut psikolog kepribadian di Berlin’s Humboldt University, Eva Asselmann, pengaruh luar itu sangat penting tidak hanya pada tahun-tahun pertama setelah anak lahir.
"Kepribadian berkembang di masa kanak-kanak dan remaja, namun tidak pernah rampung, bahkan setelah itu," katanya.
"Hal itu selalu dihubungkan dengan pengalaman positif dan negatif atau peristiwa trauma," ujarnya menambahkan.
Psikoterapis Susanne Egert kerap menasihati orang tua yang lelah menghadapi anak-anak mereka, mengeluh tidak dapat mengendalikan mereka, atau membiarkan si anak melakukan yang diinginkannya.
Ia pun menekankan kepada orang tua untuk tidak mencoba memaksakan kepribadian mereka kepada anak-anaknya.
Baca juga: Penelitian: bentuk tubuh berkaitan dengan kepribadian seseorang
Penerjemah: Anggarini Paramita
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2019