"Mari kita sebarkan konten tentang cinta dan damai di medsos agar negeri kita menjadi sejuk dan tenteram," ujar Septiaji di Jakarta, Senin.
Apalagi, tahun 2019 ini Indonesia akan mengadakan pemilihan umum serentak untuk memilih anggota legislatif sekaligus presiden dan wakil presiden yang selain memberikan harapan juga berpotensi kerawanan.
"Sekarang ini kita dihantui dengan maraknya penyebaran hoaks yang menghancurkan pikiran, membuat orang jadi sakit jiwa kemudian membuat permusuhan," katanya.
Agar medsos terbebas dari ujaran kebencian dan hoaks, ia meminta kepada masyarakat untuk duduk bersama menyepakati bahwa dalam konteks pertarungan demokrasi orang dipersilakan untuk berdebat, berargumen, berkompetisi.
Satu hal yang tidak boleh dilakukan adalah kebohongan serta kebencian dan menyebarkannya melalui medsos karena hal itu melanggar norma hukum, agama, sosial maupun budaya.
"Silakan untuk mendukung calon dengan sekuat tenaga, tetapi tidak boleh menggunakan hoaks dan ujaran kebencian apalagi menyebarkannya melalui medsos," ujar Septiaji.
Menurut dia tahun 2019 seharusnya menjadi titik tolak bersama untuk dapat bersama-sama melanjutkan hidup di Bumi Pertiwi tanpa menggunakan kebencian, kebohongan, hasut, dan fitnah.
"Yang perlu dipahami masyarakat adalah tidak ada hitam putih dalam politik. Semua orang yang berada dalam panggung politik itu tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan," ucapmya.
Ia juga meminta kepada masyarakat untuk bisa menahan diri sekaligus mengendalikan agar tidak mudah terprovokasi hasutan kebencian baik di medsos ataupun dunia nyata.
"Pengendalian diri in i menjadi hal yang harus ditekankan bersama," kata Septiaji.
Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019