Pekanbaru, (ANTARA News) - Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Pekanbaru, Provinsi Riau menjadi tuan rumah pertunjukan seni dalam program Pertukaran Pemuda Indonesia-Australia (PPIA), Senin (14/1).Kami senang sekali dapat bergabung dalam program ini, dan saya sendiri baru pertama kali ke Pulau Sumatera, khususnya Pekanbaru. Menarik sekali melihat perbedaan Kota Pekanbaru dengan kota-kota lain di Indonesia.
"Berbagi wawasan, penampilan kebudayaan dan kesenian dilakukan 35 orang peserta program PPIA di halaman MAN 2 Pekanbaru, berlangsung semarak dan penuh keakraban," kata Kepala MAN 2 Pekanbaru, Norerlinda, M.Pd di Pekanbaru, Senin.
Menurut dia, program yang digagas Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) RI ini cukup meriah, karena selain penampilan berbagai seni kebudayaan Indonesia-Australia, juga digelar atraksi dan kuis yang menambah wawasan dan membuka cakrawala berfikir para siswa madrasah.
Ia menyebutkan, program yang berlangsung selama empat bulan itu, diyakini membuka cakrawala berfikir pelajar madrasah, karena kekayaan informasi, khususnya terkait pendidikan sangat dibutuhkan oleh pelajar untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
"Diharapkan pada masa datang siswa MAN 2 Pekanbaru turut serta dalam program ini, seperti salah seorang alumni MAN 2, Huzaifi Saman yang telah bergabung dalam program PPIA. Mudah-mudahan tahun berikutnya ada anak- anak kita yang mengikuti jejak seniornya untuk aktif dalam program ini," katanya.
Seorang Purna Caraka Muda Indonesia (PCMI) Riau, selaku koordinator berbagi kebudayaan, M Ar. Huzaifi Saman mengatakan, PPIA merupakan program Pemerintah Indonesia dan Australia, sejak 37 tahun, dengan tujuan mengembangkan potensi generasi muda dalam menghadapi tantangan global.
Tahun 2018, katanya, PPIA terdiri atas 18 pemuda Australia, dan 17 pemuda Indonesia perwakilan dari berbagai provinsi dengan lokasi PPIA Pekanbaru dan Kabupaten Siak, Provinsi Riau.
"Program yang telah berjalan selama empat bulan setiap tahunnya, ditetapkan dua fase setiap negara yakni fase perdesaan dan fase perkotaan. Untuk di Indonesia PPIA fase perkotaan ditetapkan di Kota Pekanbaru dan fase perdesaan ditetapkan di Kabupaten Siak," katanya.
Pada fase perkotaan, katanya, peserta PPIA tinggal di rumah penduduk atau keluarga angkat yang telah ditetapkan, dan mereka melaksanakan program kerja atau magang di dinas pariwisata, rumah sakit, dan instansi pemerintah lainnya.
Sedangkan fase perdesaan dilaksanakan di Kabupaten Siak, di mana peserta PPIA juga tinggal pada keluarga angkat hidup dan berkegiatan sosial di masyarakat.
Saat ini sedang dilakukan tahap akhir PPIA yakni di antaranya digelarnya penampilan kebudayaan di MAN 2 Pekanbaru dan di Dharma Yuda serta SMK N 3 Pekanbaru.
"PPIA tahun 2018 akan berakhir pada 23 Januari 2018, seluruh peserta PPIA akan bertolak ke Kemenpora untuk dipulangkan kembali ke daerah asal masing-masing," katanya.
Lachlan Haycock, salah seorang peserta PPIA asal Australia mengatakan, lebih empat hari berada di Pekanbaru dan Siak Indonesia, banyak hal yang berkesan, khususnya makanan dan keramahan orang-orang Melayu di Pekanbaru dan Siak.
"Kami senang sekali dapat bergabung dalam program ini, dan saya sendiri baru pertama kali ke Pulau Sumatera, khususnya Pekanbaru. Menarik sekali melihat perbedaan Kota Pekanbaru dengan kota-kota lain di Indonesia. Dan yang paling berkesan adalah makanan yang sangat enak, dan tak kalah luar biasa adalah keramahan orang melayu baik di kota maupun di desa," katanya.
Selanjutnya, dengan bahasa Indonesia yang fasih, diakuinya dengan tinggal pada keluarga angkat jadi langsung berbaur dengan masyarakat setempat, dan mereka sangat menghargainya.
Baca juga: Pelajar MAN Pekanbaru lanjutkan studi ke Universitas Al-Azhar dan Turki
Baca juga: Kemenag lanjutkan kerja sama dengan Australia
Baca juga: Siswa MAN 1 Pekanbaru juara Kompetisi Robot Madrasah nasional
Pewarta: Frislidia
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019