Dokter spesialis ortodonsia dari RSPI Pondok Indah, drg. Irwin Lesmono, Sp.Ort mengatakan sejumlah efek tak nyaman yang dialami pemakai kawat gigi, mulai dari rasa sakit, sariawan, kesulitan membersihkan sisa makanan, ternyata relatif tidak ditemukan saat menggunakan clear aligner.
"Inovasi baru merapikan gigi sekaligus terbebas dari hal tidak mengenakan. Alatnya terbuat dari plastik bening bernama smartTrack. Tetap sakit tetapi tidak sesakit kawat gigi," kata dia di Jakarta, Rabu.
Kemudian, alat ini bisa dilepas terutama saat makan dan menggosok gigi. Hanya saja, warna bening bisa berubah menguning bila pemakainya mengonsumsi makanan atau minuman berwarna.
"Warna plastik berubah, karena ada pori-pori (yang menyerap warna makanan). Hindari makanan dan minuman berwarna," tutur Irwin.
Baca juga: Dokter gigi: tidak semua orang memerlukan veneer dan kawat gigi
Pada awalnya memang tidak semua kasus gigi bisa tertangani menggunakan clear aligner, namun seiring waktu untuk merapikan gigi menyilang, tinggi tidak sama, miring dan lainnya juga bisa menggunakan alat ini.
Tetapi, menurut Irwin, untuk kasus gigi yang lebih kompleks, penggunaan kawat gigi masih unggul.
"Kasus yang lebih kompleks lebih cepat behel. Untuk pergerakan kompleks butuh plastik (clear aligner) banyak," kata dia.
Sama seperti kawat gigi tradisional, clear aligner, juga membutuhkan perawatan dan kerja sama pasien dan dokter, agar tujuan penggunaannya tercapai.
Soal harga, clear aligner berkisar antara 5.000 dollar AS (sekitar Rp 70 juta), jauh lebih mahal ketimbang kawat gigi tradisional seharga Rp 7-8 jutaan.
"Tetapi harga bisa tergantung masing-masing klinik," kata Irwin.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2019