Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Mario Draghi mengatakan di hadapan Parlemen Eropa pada Selasa (15/1) bahwa perkembangan ekonomi baru-baru ini lebih lemah dari yang diperkirakan dan diperlukan stimulus moneter lebih lanjut.
Sementara itu, pertumbuhan Jerman yang merupakan perekonomian terbesar di Eropa juga melambat. Menurut data Biro Statistik Federal (Statistisches Bundesamt) yang dirilis Selasa (15/1), pertumbuhan ekonomi pada 2018 hanya mencapai 1,5 persen, angka terendah sejak lima tahun terakhir. Tahun 2017, pertumbuhan ekonomi masih mencapai 2,2 persen.
Kekhawatiran atas perlambatan di Jerman, ditambah dengan komentar dovish oleh Presiden ECB Mario Draghi memberikan beberapa tekanan ke bawah pada mata uang bersama euro.
Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, naik 0,02 persen menjadi 96,0590 pada akhir perdagangan.
Pada akhir perdagangan New York, euro turun menjadi 1,1398 dolar AS dari 1,1400 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi 1,2870 dolar AS dari 1,2836 dolar AS pada sesi sebelumnya. Dolar Australia turun menjadi 0,7176 dolar AS dari 0,7193 dolar AS.
Dolar AS dibeli 108,92 yen Jepang, lebih tinggi dari 108,58 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS naik menjadi 0,9906 franc Swiss dari 0,9881 franc Swiss, dan turun menjadi 1,3249 dolar Kanada dari 1,3282 dolar Kanada. Demikian laporan yang dikutip dari Xinhua.
Baca juga: Analis: Pergerakan kurs rupiah dibayangi kesepakatan Brexit
Baca juga: Analis: Arus modal investor asing terus masuk, dongkrak IHSG
Baca juga: Ketidakpastian Brexit dorong harga emas berjangka lebih tinggi
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019