Kondisi pengungsi di Kulawi memprihatinkan

17 Januari 2019 11:04 WIB
Kondisi pengungsi di Kulawi memprihatinkan
Sejumlah pengungsi korban bencana gempa dan likuifaksi berada ditenda huniannya pada lokasi pengungsian di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Selasa (8/1/2019). Hingga awal Januari 2019, jumlah pengungsi korban bencana gempa, tsunami dan likuifaksi di Sulawesi Tengah mencapai lebih dari 100.000 jiwa yang tersebar pada sejumlah daerah terdampak yakni Kota Palu, Sigi, Donggala dan Parigi Moutong. (ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah/pd.
)
Sigi, Sulteng (ANTARA News) - Kondisi sejumlah pengungsi di Kulawi, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah, terlihat cukup memprihatinkan karena tinggal di tenda darurat yang pada saat hujan turun, airnya masuk dalam tenda.

"Ya, entah sampai kapan kami tinggal di tenda seperti ini," keluh Marthen, salah seorang korban bencana alam gempabumi 7,4 SR yang terjadi 26 September 2018 itu, Kamis.

Kepada Antara di lokasi penampungan pengungsi di Desa Bolapapu, Kecamatan Kulawi, ayah tiga anak tersebut terlihat sedang memperbaiki tenda yang bocor.

"Beginilah nasib kami di sini pak," kata dia.

Soal bahan makanan, menurut dia, tidak kekurangan, sebab masih ada relawan/donatur yang datang membawa bantuan kepada mereka.

Ia mengatakan kebutuhan mereka sekarang ini adalah peralatan dapur, dan juga tenda serta selimut.

Apalagi, kata Marthen, udara di Kulawi pada malam hari sangat dingin sehingga butuh selimut untuk menghangatkan badan.

Hal senada juga disampaikan Roni, warga Desa Bolapapu. Ia mengatakan rumahnya hancur diterjang gempa bumi.

Sekarang ini terpaksa tinggal sementara di lokasi pengungsi sambil menunggu hunian sementara (huntara). "Tapi sebaiknya pemerintah membangun langsung saja hunian tetap (hutap) akan lebih bagus," katanya.

Kulawi, salah satu kecamatan cukup parah diguncang gempabumi yang terjadi pada (26/9-2018). Banyak rumah di wilayah itu rusak diporak-porandakan gempa.

Selain Kulawi, juga kecamatan Kulawi Selatan, Pipikoro dan Kecamatan Lindu. Tiga kecamatan tersebut juga cukup parah diterjang gempabumi.

Bahkan akibat dari gempa bumi, jalur antara Desa Salua dan Desa Sadaunta sampai sekarang ini terpaksa buka-tutup karena banyak titik longsor.

Pemkab Sigi mengambil langkah buka-tutup jalan karena selain sebagian badan jalan longsor, juga ada pekerjaan perbaikan.*


Baca juga: Gubernur Sulteng diminta revisi SK relokasi korban bencana

Baca juga: Pemerintah diminta segera bangun hunian tetap di Sulteng


 

Pewarta: Anas Masa
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019