Agar ini tak terjadi, ada beberapa hal yang bisa orang tua terapkan, salah satunya melibatkan anak dalam merencanakan liburan, demikian menurut psikolog keluarga dan pernikahan dari Rumah Dandelion, Nadya Pramesrani, M.Psi.
"Kalau bersama anak usia TK atau SD bisa melibatkan mereka mencari destinasi, menyusun jadwal. Anak dilibatkan mulai dari liburan mau ke mana," ujar dia dalam acara "Mendukung Tumbuh Kembang Anak Lewat Traveling" di Jakarta, Kamis.
Lakukan briefing sebelum berlibur, misalnya dengan membicarakan apa saja yang akan dilakukan selama liburan. Bila ada masalah apa yang harus dilakukan, hingga bila lapar harus mencari makan ke mana.
Hal lain yang tak kalah penting adalah memperhatikan pola makan dan kebutuhan istirahat yang cukup. Dua hal ini kerap kali terlupakan, padahal bisa menjadi penyebab drama dimulai.
"Perhatikan pola makan dan kebutuhan istirahat anggota keluarga. Karena istirahat kurang jadi ada drama," tutur Nadya.
Selain itu, lengkapi diri dengan informasi dan rencana cadangan. Siapkan diri dengan kondisi yang mungkin bisa terjadi dan bersikaplah fleksibel.
"Anak harus diberi pemahaman agar siap menghadapi situasi yang berbeda. Stimulus lingkungan baru. Kalau belum ada sense of control, pengalaman liburan bisa sangat overwhelming untuk mereka," kata Nadya.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2019